Salah satu keistimewaan pada anak adalah adanya keberbakatan, atau banyak yang menyebutnya sebagai anak gifted. Anak berbakat (gifted) memiliki kecerdasan di atas rata-rata biasanya dengan IQ diatas 130, dan memiliki bakat unggul di satu atau beberapa bidang, seperti seni, musik atau matematika. Menurut Semiawan dkk. (Semiawan, Munandar, & Munandar, 1984) anak berbakat berbeda dengan anak pintar. “Bakat berarti punya potensi, sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu, tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat. Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang Sebaliknya, jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang.”
Sementara Renzulli (Monks & Boxtel, 1985) mengidentifikasikan bahwa seorang anak dapat dikatakan sebagai anak berbakat jika ia mempunyai: 1) inteligensi yang tinggi di atas rata-rata, 2) kreativitas yang tinggi, 3) komitmen pada tugas yang tinggi. Gambaran model definisi yang diajukan oleh Renzulli ini kemudian disebut sebagai The three-ring conception of giftedness yang masing-masing memiliki peranan menentukan.
1. Kecerdasan intelektual
Seseorang dikatakan memiliki bakat intelektual apabila ia mempunyai intelegensi tinggi atau kemampuan diatas rata-rata dalam bidang intelektual Akan tetapi, kecerdasan yang tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. Anak berbakat menunjukkan kemampuan diastase rata-rata, terutama dibidang:
Kemampuan Umum
a. Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.
b. Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
c. Automatisasi pemrosesan informasi
Kemampuan Khusus
a. Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik (Mis. Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)
b. Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
c. Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang studi tertentu
2. Kreativitas
Kreatifitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, memiliki peran yang sama pentingnya dengan ciri pertama dalam menentukan keterbakatan seseorang. Kreativitas yang tinggi diindikasi dengan:
a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan.
d. Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.
e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi
3. Keterkaitan terhadap tugas
Pengikatan diri terhadap tugas ditunjukkan dengan ketekunan dan keuletan seseorang dalam melakukan sesuatu, walaupun menghadapi macam-macam hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawab atas kehendaknya sendiri. Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:
a. Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.
b. Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
c. Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d. Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
e. Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.
Jenis-Jenis Keberbakatan
Menurut Martison (Munandar, 1982) keberbakatan meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademus khusus, kemampuan berpikir kreatif produktif, kemampuan dalam bidang seni, daan kemampuan psikomotor
Bila mengacu pada Horward Gardner (2003), maka keberbakatan meliputi:
1. Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, umumnya berkaitan dengan kemampuan bicara. Pada anak-anak tampak pada kemampuan baca tulis, bercerita, mengeja kata-kata dengan tepat, memiliki lebih banyak kosakata untuk anak seusianya, dll. Cara belajar terbaik untuk anak-anak dengan kecerdasan ini adalah dengan mengucapkan, mendengar dan melihat kata-kata. Orangtua dapat memotivasinya dengan menyediakan banyak buku, sering mengajak mereka berbicara, main tebak kata, bercerita sampai menuangkan ide-ide atau perasaan mereka dalam sebuah tulisan..
2. Kecerdasan logis matematis adalah ketrampilan mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan logika/akal sehat. Anak-anak dengan kecerdasan ini mempunyai kemampuan berhitung/aritmatik yang baik (di luar kepala), suka bertanya dan memahami sebab-akibat, suka permainan strategi (misalnya catur), senang bereksperimen, dll. Orangtua sebaiknya lebih sabar dalam ’melayani’ berbagai pertanyaan mereka dan menyiapkan jawaban yang logis, mengadakan banyak buku tentang pengetahuan , ensiklopedi, menyediakan alat bermain strategi, mengajarkan metode sempoa aritmatik,dll.
3. Kecerdasan spasial, yaitu kemampuan memvisualisasikan gambar yang ada di dalam kepala. Anak-anak dengan kecerdasan ini biasanya suka menggambar/mencorat-coret, senang bermain puzzle, lego atau permainan rancang-bangun, suka melamun/berhayal sesuatu, dan lain-lain. Orangtua perlu memberi kesempatan yang luas pada anak untuk mengasah kemampuan gambar/lukis, alat permainan yang sesuai, dan menggunakan media seperti film, CD, peta, dsj sebagai sarana belajar.
4. Kecerdasan kinestetik-jasmani adalah kecerdasan yang melibatkan fisik/tubuh anak, baik motorik halus maupun motorik kasar. Mereka menyukai aktivitas yang bergerak (berlari, melompat, dll), suka olahraga, bongkar pasang, ketrampilan dan kerajinan tangan, pandai menirukan gerakan, atau perilaku oranglain, dll. Orangtua perlu mendorong/memfasilitasi anak-anak dengan kecerdasan ini melalui kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan fisik/gerak seperti bermain bola, berenang, bela diri, dst.
5. Kecerdasan musical, yaitu kecerdasan yang melibatkan kepekaan terhadap irama atau melodi musik, menyanyikan sebuah lagu, memainkan alat musik atau sekedar menikmati musik. Dapat dijumpai pada anak yang senang belajar dengan iringan musik, suara yang bagus, cepat menirukan nada/nyayian, dll. Orangtua hendaknya cukup memberi kesempatan pada anak untuk bernyanyi bersama, belajar dengan ketukan/irama, dll.
6. Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita, seperti burung, bunga, pohon, dan flora fauna yang lain. Anak-anak dengan kecerdasan ini termasuk pencinta alam, suka mengumpulkan bebatuan, akrab dengan hewan peliharaan, suka berkebun, membawa pulang serangga, dll. Cara mengajar mereka adalah dengan membawanya ke alam terbuka, berpetualang, melakukan penelitian, mengamati makhluk hidup, mengunjungi kebun binatang, dll.
7. Kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan dalam hal memahami dan berempati serta bekerjasama dengan orang lain. Sering pula disebut kecerdasan interpersonal. Anak-anak dengan kecerdasan ini biasanya mudah bergaul/cepat beradaptasi, punya banyak teman, suka permainan kelompok, punya bakat kepemimpinan, dll. Cara belajar yang tepat bagi mereka memang dengan berkelompok, mengajari teman-temannya, mengunjungi/bersilaturahmi, dll.
8. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri, mampu menempatkan diri, mengetahui kelemahan dan kekuatan diri dan pandai mengelola emosi/perasaan. Pada anak-anak, mereka tampak lebih percaya diri, mampu belajar dari kesalahan, serta tepat dalam mengekspresikan emosinya. Mereka dapat diberi kepercayaan untuk menetapkan target, memilih kegiatan dan memotivasi diri sendiri. Orangtua perlu memberi kepercayaan kepada anak dengan mendukung kemandirian mereka dalam berpikir dan merencanakan, termasuk menghargai privasi mereka. Sebagai catatan, istilah kecerdasan intrapribadi dan kecerdasan antar pribadi dapat disebut dengan kecerdasan emosional.
Selain delapan kecerdasan di atas, ada satu jenis kecerdasan yang belum diungkap oleh Gardner, namun dapat dijumpai pada anak-anak kita yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual, menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2000) adalah kecerdasan untuk memahami kebermaknaan hidup. Dalam pengertian yang lebih spesifik, TotoTasmara (2001) memperkenalkan istilah kecerdasan ruhaniah, yaitu kepekaan seseorang untuk memahami dan meyakini keberadaan Tuhan serta terlibat dalam aktivitas keruhanian.