WASPADAI ISTIDRAJ (luluan)
Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada kami. Maka kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka Lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 39-40)
Ayat diatas menceritakan tentang Fir’aun yang berlaku sombong karena merasa dirinya mendapat apa saja yang diinginkannya. Allah SWT telah memberi kesehatan yang prima hingga sepanjang hidupnya tidak pernah sakit. Ia juga diberi kekayaan yang melimpah, juga kekuasaan yang hampir tak terbatas. Apa saja yang diinginkannya, berupa kenikmatan materi diberikan.
Fir’aun mengira semua itu merupakan kehormatan dan kemuliaan baginya. hingga ia merasa sombong, paling hebat, paling mulia, paling kaya, paling berkuasa dan menganggap semua berada dibawahnya.
Ketika Fir’aun sudah berada berada di puncak kenikmatan dunia, barulah Allah SWT menimpakan siksa yang amat pedih dari arah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Itulah contoh yang paling nyata tentang istidraj yang pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan, agar kita dapat mengambil pelajaran darinya. ita harus tetap waspada terhadap setiap kenikmatan dan pemberian Allah, jangan-jangan hal itu merupakan istidraj. Na’udzubillah.
Sebagai hamba Allah SWT sepatutnya kita waspada jika kita masih bergelimang dosa sementara Allah SWT memberikan berbagai kenikmatan dunia yang membuat kita lupa akan dosa kita, malah semakin tenggelam jauh dalam perbuatan tersebut sehinnga pada akhirnya kita lupa kepada Allah SWT. Dalam keadaan seperti ini sesungguhnya Allah SWT sudah tak lagi peduli kepada hamba tersebut, hendak keneraka mana ia akan menuju.!
Waspadalah terhadap semua tindakan maksiat yang dibalas Allah SWT justru dengan kenikmatan yang membuat kita lupa beristigfar, lalu kita semakin mendekati azab Allah SWT sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, hingga pada akhirnya azab Allah SWT benar-benar terjadi, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Sebaliknya, kita patut bersyukur kepada Allah SWT jika pada saat kita berbuat salah atau dosa kemudian Allah SWT mengingatkan kita melalui cobaan yang membuat kita kembali kepada-Nya. yang demikian itu menandakan bahwa Dia masih mencintai kita. Dia masih menginginkan kita kembali ke jalan-Nya yang benar, jalan yang diridhai-Nya.Wallahu a’alam.