Desember 5, 2024 10:00

Sejarah penulisan Al Qur'an Mushaf sundawi di Bandung tahun 1995-1997
April 1, 2024

Penulis :

rindiani

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan secara
bertahap dan berangsur-angsur. Penurunannya yang secara bertahap dan
berangsur-ansur itu melalui proses dan kurun waktu yang cukup lama, dari
ayat pertama hingga ayat terakhir memakan waktu selama kurang lebih dua
puluh tiga tahun.1 Al-Qur‟an telah menempuh perjalanan panjang berabadabad sejak pertama kali diturunkan hingga saat ini. Meskipun begitu,
kemurnian dan keotentikan Al-Qur‟an akan senantiasa terjaga dan
terpelihara, sesuai dengan apa yang telah Allah jaminkan.2
Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. tidak berupa
tulisan atau berbentuk satu jilid yang tersusun rapi, melainkan berupa wahyu
Untuk itu, ada dua cara yang dilakukan oleh umat Islam untuk menjaga dan
memelihara kitab suci tersebut dari kemusnahan, yakni dengan cara hafalan
dan penulisan. Dua cara tersebut telah dilakukan sejak zaman Nabi
Muhammad Saw. dan masih berlangsung hingga saat ini.
B. Studi Pustaka
Setelah melakukan penelusuran, sampai saat ini setidaknya penulis
telah menemukan beberapa karya ilmiah yang menginformasikan atau
berkaitan dengan penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi. Penelusuran ini
penulis kira perlu dilakukan agar tidak terjadinya hal-hal yang kurang etis
dalam ruang lingkup akademik. Adapun beberapa karya atau tulisan ilmiah
tersebut di antaranya sebagai berikut:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Desi Wulandari, mahasiswa Jurusan
Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan judul “Analisis Ornamen AlQur‟an Mushaf Sundawi di Perpustakaan Pusdai Jawa Barat” pada tahun
2016.3
Skripsi tersebut mengkaji sebagian ornamen Al-Qur‟an Mushaf
Sundawi, yaitu ornamen flora yang ada dalam Al-Qur‟an Mushaf Sundawi.
Berdasarkan fokus kajiannya, dapat disimpulkan bahwa skripsi yang ditulis
Desi Wulandari berfokus pada bidang seni, khususnya cabang seni rupa.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Dede Elin Herlina, Jurusan Teknik
Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Gunung Djati Bandung dengan judul “Pembuatan Sistem Digitalisasi
Al-Qur‟an Mushaf Sundawi beserta Terjemahannya dalam Bahasa Sunda”pada tahun 2012.4

Skripsi tersebut mengkaji Al-Qur‟an Mushaf Sundawi

untuk didigitalisasikan menjadi sebuah software (perangkat lunak). Seperti

pada tujuan khusus, yaitu membuat digitalisasi Al-Qur‟an Mushaf Sundawi

beserta terjemahannya. Berdasarkan analisis penulis dapat disimpulkan

bahwa skripsi Dede Elin Herlina ini berfokus pada bidang informatika.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Rima Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

Gunung Djati Bandung dengan judul “Aktivitas Keagamaan Pusat Dakwah

Islam (Pusdai) Jawa Barat Tahun 1997—2011” pada tahun 2015.5

Berdasarkan analisis penulis, aktivitas keagamaan PUSDAI Jawa Barat

menjadi titik fokus pada skripsi yang ditulis oleh Rima. Adapun keterkaitan

dengan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi yaitu karena Mushaf Sundawi tersimpan

di PUSDAI Jawa Barat, maka skripsi tersebut mengintegrasikan Mushaf

Sundawi menjadi salah satu aktivitas keagamaan yang ada di PUSDAI Jawa

Barat.

Ketiga, buku yang ditulis oleh Bapak Ali Akbar peneliti kaligrafi dan

mushaf Al-Qur‟an yang bekerja di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an

(LPMA) Kemenag RI. Judul buku yang ditulis oleh Pak Ali Akbar yaitu

Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia.

6

Dalam buku tersebut Pak Ali Akbar mengklasifikasikan mushaf-mushaf

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun keterkaitannya dengan AlQur‟an Mushaf Sundawi, Pak Ali Akbar memasukkan Al-Qur‟an Mushaf

Sundawi ke dalam kategori “Mushaf Indah Kontemporer”. Dalam kategori

tersebut, Al-Qur‟an Mushaf Sundawi berdampingan dengan mushaf-mushaf

indah kontemporer lain, yaitu: Mushaf Istiqlal, Mushaf At-Tin, dan Mushaf

Jakarta, dan yang lainnya. Berdasarkan analisis penulis, jurnal yang ditulis

oleh Bapak Ali Akbar ini lebih menginformasikan tentang klasifikasi

mushaf-mushaf yang ada di Indonesia.

Dari beberapa karya atau tulisan ilmiah di atas, terdapat keterkaitan

mengenai Al-Qur‟an Mushaf Sundawi, namun kajian-kajian di atas tidak

terfokus pada sejarah penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi. Begitu juga

pendekatan-pendekatan yang digunakan di atas tidak menggunakan

pendekatan sejarah beserta pendekatan yang mendukungnya. Demikian,

penulis akan mengkaji atau meneliti penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi pada tahun 1995—1997 dengan menggunakan pendekatan sejarah beserta instrument-instrumentnya.Sejarah Penulisan Al-Qur’an dari Masa ke Masa

Pada masa Nabi Muhammad Saw., penulisan dilakukan dengan dan

dalam media yang terbatas. Mereka menulisnya pada pelepah tamar (kurma),

lempengan batu, daun lontar, kulit/daun kayu, pelana, potongan tulangbelulang binatang.19 Al-Qur‟an pada masa ini belum menjadi satu mushaf.

Mushaf terkumpul, tersusun, dan disalin pada masa Khulafa al-Rasyidin.

Ide atau prakarsa pengumpulan dan penyusunan mushaf berasal dari

„Umar ibn Khaṭṭāb pada masa Khalifah Abū Bakar. „Umar mengusulkan ide

tersebut karena banyaknya qurrā dan ḥuffāẓ yang gugur di medan perang,

sehingga ditakutkan akan membawa implikasi banyaknya Al-Qur‟an yang

hilang dan musnah. Dengan banyak pertimbangan, Abū Bakar pun menerima

usulan „Umar dan memerintahkan Zaid ibn Ṡābit untuk mengumpulkan AlQur‟an yang pada masa itu merupakan salah satu sahabat yang hafal AlQur‟an secara keseluruhan. Pada masa ini Al-Qur‟an yang terkumpul dan

tersusun dikenal dengan istilah “mushaf”.20

Seiring dengan menyebarnya agama Islam yang meluas ke berbagai

wilayah, penulisan Al-Qur‟an pun mengalami perubahan-perubahan, mulai dari cara/teknik dan bahan yang sederhana sampai pada cara dan bahan yang

modern. Ketika awal-awal diturunkan, Al-Qur‟an ditulis dengan

menggunakan tangan dan pada bahan yang seadanya, seperti: daun, pelepah

kurma, tulang-belulang, dan sebagainya.21 Seiring dengan berkembangnya

teknologi dan ditemukannya mesin cetak, Al-Qur‟an pun kemudian dapat

dicetak menggunakan mesin cetak.

Al-Qur‟an pertama kali dicetak pada tahun 1530 M, dicetak di kota

Bunduqiyyah (Venisia, Italia). Kemudian di Basel pada 1543 M, tetapi

kemudian dimusnahkan atas perintah penguasa gereja. Pada tahun 1694 M,

seorang Jerman yang bernama Abraham Hinckelmann telah berhasil

mencetak Al-Qur‟an pertama di kota Hamburg.22

Pencetakan Al-Qur‟an dengan label Islam baru muncul pada tahun

1787 M yang dilakukan oleh Maulā „Uṡmān Ismā„īl di St. Petersburg, Rusia.

Kemudian disusul pencetakan serupa di Qazan dan di Tehran, Iran pada

tahun 1829 M. Baru pada tahun 1923 M, Mesir mencetak Al-Qur‟an dengan

tulisan sebagaimana yang dikenal saat ini. Pencetakan ini di bawah

pengawasan para Syaikh Universitas Al-Azhar.23 Cetakan pertama mushaf

ini mendapatkan sambutan hangat di dunia Islam, dan sejak itu berjuta-juta

mushaf dicetak di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Informasi mengenai sejarah penulisan Al-Qur‟an banyak direkam

dalam beberapa literatur. Di Indonesia sendiri, perkembangan penulisan AlQur‟an telah lama berlangsung, mulai dari era penulisan Al-Qur‟an secara

manual (manuskrip), litografi (cetak batu), hingga melibatkan mesin-mesin

cetak modern yang dapat menghasilkan tulisan Al-Qur‟an berjilid-jilid dalam

waktu yang singkat seperti yang berkembang sekarang ini.

a. Penulisan dan Pencetakan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia

Informasi mengenai sejarah penulisan Al-Qur‟an banyak direkam

dalam beberapa literatur. Di Indonesia sendiri, perkembangan penulisan AlQur‟an telah lama berlangsung, mulai dari era penulisan Al-Qur‟an secara

manual (manuskrip), litografi (cetak batu), hingga melibatkan mesin-mesin

cetak modern yang dapat menghasilkan tulisan Al-Qur‟an berjilid-jilid dalam

waktu yang singkat seperti yang berkembang sekarang ini.

Penulisan dan pencetakan mushaf Al-Qur‟an baik di dalam maupun

luar Indonesia dilakukan dengan sangat memperhatikan dan mementingkan

segi keindahan penulisan dan mushafnya, baik itu dari konsep desain, khat,

tatanan iluminasi, dan sebagainya. Di Indonesia, perhatian terhadapkeindahan mushaf ini telah berlansung sejak awal penulisan mushaf-mushaf

kuno, dan hingga saat ini perhatian terhadap keindahan dalam penulisan

mushaf terus berlanjut, dipertahankan, dan menjadi ciri khas.24

Pada dekade akhir abad ke-20, di Indonesia muncul mushaf-mushaf

kontemporer yang memiliki konsep desain, khat, dan tatanan iluminasi yang

indah, seperti: Al-Qur‟an Mushaf Istiqlal, ditulis pada tahun 1991—1995;

Al-Qur‟an Mushaf Sundawi, ditulis pada tahun 1995—1997; Mushaf at-Tin,

ditulis pada 1997—1999; dan Mushaf Jakarta, ditulis pada tahun 1999—

2000; dan mushaf-mushaf indah lainnya.25

b. Latar Belakang Sejarah Penulisan Al-Qur’an Mushaf Sundawi

Pada 15 Oktober 1991, dimulailah penulisan Al-Qur’an Mushaf Istiqlal

di mana presiden Republik Indonesia kedua, H. Muhammad Soeharto

berkenan menulis “basmallah” dari surat al-Fātihah, sebagai tanda

dimulainya penulisan tersebut dan sekaligus membuka pameran Kebudayaan

yang bernafaskan Islam, yang lebih dikenal dengan Festival Istiqlal.26

Pembuatan Al-Qur‟an Mushaf Istiqlal melibatkan suatu tim khusus

yang keanggotaannya terdiri dari para ahli kaligrafi (khatṭṭāt) seperti: K.H.

Abdurrazaq Muhili (perancang pola), H.M. Fa’iz A.R. (ketua), M. Abdul

Wasi A.R., H. Imron Ismail, Baiquni Yasin, Mahmud Arham, Islahuddin

(anggota), serta H.M. Idris Pirous (asisten); ahli seni rupa dan para pakar

desain grafis dari Institut Teknologi Bandung (ITB), seperti: Drs. A. D.

Pirous, H. Mahmud Buchori dan Ir. Ahmad Noe‟man; ulama ahli Al-Qur‟an

serta budayawan.

27

Pada tanggal 28 September 1993, Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Istiqlal

dipresentasikan di Bina Graha Jakarta. Presentasi mushaf tersebut dihadiri

oleh Bapak Presiden Soeharto yang sekaligus memberikan pidato sambutan.

Adapun isi dari pidato tersebut banyak berkaitan dengan Kebangkitan

Nasional ke-II dan Program Pembangunan Jangka Panjang Tahap ke-II

(PPJP II) yang dipersiapkan untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-5

(Repelita V) dan berhaluan pada Garis-garis Haluan Negara (GBHN) 1933.

Jika diambil substansi dari pidato Presiden Soeharto di atas, maka Penulisan

Mushaf Istiqlal dapat disebut sebagai salah satu bentuk perwujudan konsep dan simbol Kebangkitan Nasional ke-II serta Program Pembangunan Jangka

Panjang Tahap ke-II (PPJP II), di mana selain sasaran dalam bidang material

yang pada waktu itu diwakili oleh Pesawat N-250, ada pula bidang spiritual

yang diwakili oleh Al-Qur‟an Mushaf Istiqlal. Dua tahun berselang, tepatnya

pada tanggal 23 September 1995, bertepatan dengan pembukaan Festival

Istiqlal II, Bapak Presiden Soeharto menandatangani prasasti tanda

selesainya penulisan karya monumental Mushaf Al-Qur‟an yang

iluminasinya berwajah Indonesia.28

Terhimbau atas substansi pidato Presiden Soeharto di atas, beberapa

waktu kemudian, Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana29 memprakarsai

pembuatan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi, yang pada tanggal 14 Agustus 1995

yaitu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. 17 Rabiul

Awal 1416 H, Bapak R. Nuriana membubuhkan “Basmallah” pada lembar

awal sebagai prasasti dimulainya Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi.

Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi yang diprakarsai gubernur R. Nuriana

ini adalah sebuah refleksi atau respon terhadap isi pidato presiden yang

mempunyai tujuan serupa, yaitu menselaraskan pembangunan di bidang

material dan spiritual, khususnya di wilayah Jawa Barat.30

Sebagai tindak lanjut dari prakarsa tersebut maka Gubernur R. Nuriana

mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa

Nomor: 451.05/ SK.1196-Binsos/95.31 Dengan adanya surat keputusan

gubernur itu, maka dimulailah penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi di

Bandung, Jawa Barat pada tahun 1995. Dengan ini juga, Al-Qur‟an Mushaf

Sundwi menjadi pelopor atau pionir penulisan mushaf indah kontemporer pertama ditingkat provinsi di Indonesia.c. Perancangan dan Konsep Penulisan Al-Qur’an Mushaf Sundawi

(1995)

Ditinjau dari sudut pandang sejarah Islam di Jawa Barat, Al-Qur‟an

Mushaf Sundawi merupakan karya nyata yang menghubungkan bukti

kepedulian terhadap wujud Al-Qur‟an, yang telah berakar sejak Islam

berpijak di tanah Pasundan. Peninggalan-peninggalan tersebut tidak terlepas

dari kenyataan bahwa Agama Islam di Jawa Barat mempunyai tonggaktonggak sejarah yang hingga kini masih menancap kuat, baik berupa faktafakta sejarah di masa lampau maupun bukti penyebarannya di masa kini.

Sejak Sunan Gunung Jati ataupun kemudian tokoh lain seperti K.H. Hasan

Mustafa, hingga warisan karya Mushaf Al-Qur‟an Syekh Nawawi alBantani. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Islam Jawa Barat

mempunyai andil dalam kepeloporan. Dalam bidang seni kontemporer

seperti lukisan kaligrafi, dalam bidang arsitektur misalnya masjid modern,

dalam bidang musik, dan bahkan embrio Festival Istiqlal serta mushafnya

terlahir di Jawa Barat.32

Secara konseptual, jika dilihat dari sudut pandang sosio-kultural, AlQur‟an Mushaf Sundawi adalah karya Islami yang merupakan perpaduan

harmonis antara teks wahyu (Al-Qur‟an) dengan khazanah budaya Jawa

Barat yang menghasilkan perpaduan serasi dan juga seimbang antara zikir

dan fikir masyarakat Jawa Barat.33 Dari konsep tersebut, maka lahir sebuah

seni mushaf yang mampu menyampaikan pesan spiritual dan makna esensial

Islam melalui Bahasa sukma yang lugas dan simbolistis. Karena itu seni ini

menjadi lebih efektif dari pada penjelasan teologis yang problematis.34

Proses penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi melalui beberapa

tahapan, diawali dengan perencanaan, pengumpulan bahan dan data,

penelitian, percobaan (eksperimen): pengujian kertas, tinta, emas, dan alatalat lainnya agar terjamin keandalannya. Selanjutnya tim menstilasi35

ragam

hias dan flora (jenis-jenis tanaman) khas Jawa Barat menjadi bentuk-bentuk

ornamen atau iluminasi yang khas dan berkarakter „Sundawi‟. Kemudian

memformulasikan berbagai bentuk dan bahan sehingga menjadi sistem yang

praktis dan tepat. Hal tersebut yang menjadikan proses pekerjaan menjadi lebih lancar dan cepat.Untuk mewujudkan Al-Qur‟an yang sahih dalam segi penulisannya
dan estetis dalam segi perwajahannya, maka dibentuklah tim kerja yang
terdiri dari para ulama, ahli menulis indah (khaṭṭāṭ), pakar dalam estetika
seni rupa Islam, desainer spesialis iluminasi, peneliti, illuminator, dan ahli
komputer serta fotografer yang menunjang penelitian desain serta ahli
lainnya yang membantu menangani pelaksanaan lembar demi lembar
mushaf. Kaidah-kaidah penulisan supaya tidak terdapat kesalahan sebuah
titikpun, dipantau dan dikoreksi oleh para pakar dari Lajnah Pentashihan AlQur‟an Departemen Agama RI.37
d. Data Teknis Al-Qur’an Mushaf Sundawi
Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi diprakarsai oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Barat, Bapak R. Nuriana atas responnya
terhadap isi pidato presiden Republik Indonesia pada saat itu, Bapak
Soeharto pada presentasi Al-Qur‟an Mushaf Istiqlal di Bina Graha Jakarta,
28 September 1993. Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi dilandaskan pada
Surat Keputusan Gubernur Nomor 45/05/SK.1196-Binsos/95. Peresmian
awal penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi dimulai secara resmi pada 14
Agustus 1995 atau 17 Rabiul Awal 1416 H bertepatan dengan Peringatan
Maulid Nabi Muhammad Saw. di Gedung DPRD Tingkat 1 Jawa Barat, dan
secara simbolis dilakukan pembubuhan kalimat Basmallah oleh Gubernur R.
Nuriana sebagai simbol dimulainya penulisan.38
Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi memakan waktu sekitar 14
bulan—terhitung dari Desember 1995 sampai 15 Januari 1997. Kemudian,
peresmian selesainya penulisan diresmikan pada 25 Januari 1997 atau 17
Ramadhan 1417 H, bertepatan dengan peringatan Nuzul al-Qur’an, dan
secara simbolis dibubuhkan tanda tangan pada halaman mushaf dan prasasti
oleh Bapak Gubernur R. Nuriana. Peresmian ini bertempat di Masjid Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Islam (saat ini Pusdai). Secara keseluruhan,
penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi dilakukan selama kurang lebih 18
bulan. Penulisan ini lebih cepat 6 bulan dari waktu dari yang telah
direncanakan, yaitu 2 tahun (24 bulan).39
Al-Quran Mushaf Sundawi digubah di atas kertas jenis Conqueror
Laid, tipe Ripple Art Special, warna China white 250 gr, buatan Inggris, yang
cukup terkenal terkenal pada saat itu dan tentunya mempunyai kualitas yang
sangat baik. Pembagian di atas kertas tersebut menggunakan prinsip
pembagian bidang Golden Section—metode atau pendekatan untuk
menemukan proporsi ideal melalui perbandingan rasio dari bentuk-bentuk geometris, sehingga pembagiannya menghasilkan proporsi yang pas untuk
memperoleh bentuk yang indah—yang bidang gubahannya dibuat siluet.40
Ukuran kertas Al-Qur‟an Mushaf Sundawi memiliki tinggi 77,4 cm
dan lebar 45,6 cm, sedangkan luas bidang untuk kaligrafinya memiliki
panjang 38,2 cm dan lebar 54,55 cm. Dengan diterapkannya pembagian
bidang Golden Section, penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi menghasilkan
jumlah halaman yang secara keseluruhan berjumlah 763 halaman.41
Tinta yang dipergunakan dalam penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi
adalah merek DR. Ph. Martin’S, Black Star (buatan Amerika) untuk
menuliskan khat. Cat akrilik Winsor & Newton (buatan Inggris) digunakan
untuk menggambar iluminasi yang menghiasi kalam ilahi pada Mushaf
Sundawi. Sedangkan untuk emas murni terdapat dua jenis, yaitu emas serbuk
dan lembaran (prada) masing-masing buatan Jepang dan Taiwan.42
Pembuatan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi menghabiskan 24.000 ml tinta
warna dan 5.000 ml tinta hitam, juga 1500 gr emas prada dan 1000 gr emas
murni serbuk. Ratusan batang handam (jenis tanaman paku) digunakan untuk
menggubah, 750 batang kuas untuk memberi warna, 350 pensil untuk
membuat sketsa, dan 25 dus (12,5 kg) penghapus.
Penggubahan outline motif iluminasi dibantu oleh dua perangkat komputer
grafis berteknologi processor Intel Pentium 3—yang cukup canggih pada
masanya—dan menggunakan software (perangkat lunak) CorelDraw 5 untuk
menunjang kegiatan mendesain, agar motif dihasilkan lebih halus, teratur,
presisi, dan menghemat waktu.43
Meja gambar dan meja kaligrafi yang digunakan selama penulisan AlQur‟an Mushaf Sundawi didesain dan dipesan khusus, serta disesuaikan
dengan ukuran kertas dan standar tubuh manusia Indonesia (ergonomic).44
Meja gambar yang dipergunakan terhitung sebanyak 20 meja, sedangkan
meja kaligrafi sebanyak 4 meja. Begitupun peralatan pendukung lainnya
dipesan khusus, guna mengurangi resiko kelelahan dan rusaknya kertas dari
segala kemungkinan yang tidak diinginkan.45
Dalam penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi, digunakan beberapa
studio khusus. Seperti studio kaligrafi, studio iluminasi, studio computer
grafis, dan studio yang lainnya. Semua studio ini ditempatkan di satu tempat rumah) yang beralamat di jalan Bengawan No. 78, Bandung—bisa dibilang

sebagai basecamp Tim Pelaksana Penulisan Al-Qur‟an Mushaf Sundawi.46

Seperti lazimnya suatu mushaf yang ditulis khusus, apabila seluruh

lembaran sudah selesai, mushaf tidak akan dijilid, melainkan ditempatkan

pada peti dengan rancangan khusus yang serasi dengan konsep perwajahan

Al-Qur‟an Mushaf Sundawi. Peti yang digunakan untuk menyimpan AlQur‟an Mushaf Sundawi berjumlah tiga buah. Setiap peti masing-masing

menyimpan 10 juz yang tersimpan secara khusus pada laci stainless steel

(baja putih) dalam peti. Peti-peti tersebut terbuat dari kayu jati dan

sonokeling yang tahan terhadap gangguan rayap. Setiap peti ditutup rapat

dan dilindungi oleh kaca setebal 12 mm. Setiap peti diberi motif berbahan

kuningan dan ukiran berbahan kayu jati “pendem” berusia sekitar 200 tahun

dan dihiasi oleh batu-batu mulia yang berasal dari daerah-daerah di Jawa Barat.

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

December 4, 2024

Populer