September 20, 2024 14:07

MEMAKNAI IBADAH QURBAN DENGAN LOGIKA IMAN
May 15, 2024

Penulis :

ACHMAD SUSANTO, S.Pd
Unit/jenjang DSU

MEMAKNAI IBADAH QURBAN DENGAN LOGIKA IMAN

Oleh: Achmad Susanto, S.Pd

(Kepala Divisi Penghimpunan dan Al Quran Dompet Sosial Al Uswah Tuban)

Pembaca MAJAS yang berbahagia,

Puja dan puji syukur kita persembahkan hanya kepada Allah Ta’ala Rabb alam semesta raya beserta isinya, yang mana sampai dengan hari ini dan membaca tulisan ini Allah Ta’ala masih mencurahkan begitu sangat banyak nikmat Nya kepada kita dan tak pernah sejenakpun berhenti nikmat tersebut untuk kita semua hamba Nya.

Sholawat beserta salam senantiasa teriring selalu tersampaikan kepada suri tauladan terbaik sepanjang masa, yang mana melalui perjuangan, pengorbanan dan berdakwah dengan hikmah yang dicontohkan oleh beliau beserta seluruh sahabat dan orang-orang terbaiknya Alhamdulillah hari ini cahaya islam bisa hadir memancar di setiap relung jiwa dan sanubari kita.

Kita ketahui bahwa, bulan ini kita memasuki bulan iedul adha. Yang mana ini adalah satu dari 12 bulan hijriyah yang allah pergulirkan setiap tahunnya. Bulan ini adalah bulan yang dimana kaum muslimin seluruh penjuru dunia melaksanakan ibadah haji di tanah suci untuk memenuhi rukun islam yang kelima yang disana ada salah satu syariat yang diperintahkan oleh Allah ta’ala yakni menyembelih hewan qurban sebagai bentuk ketaatan seorang hamba kepada Rabb Nya sekaligus menjadi sarana terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Pembaca MAJAS yang berbahagia,

Sangat banyak sekali keutamaan dan keistimewaan bulan iedul adha ini, mungkin waktunya tidak cukup jika kita ingin tuliskan satu persatu makna dan pelajarannya di edisi kali ini. Namun dalam edisi kali ini penulis ingin memfokuskan dan mempertajam tulisan ini dari sudut pandang Memaknai Ibadah Qurban dengan menggunakan Logika Iman.

Pembaca MAJAS yang berbahagia,

Sudahkah kita mengetahui apa saja makna ibadah Qurban dari sudut pandang  logika iman?bismillah ijinkan penulis menuliskannya di edisi kali ini:

1. Ibadah Qurban adalah bukti cinta pada sesama

Kalau bukan karena cinta, maka tidak mungkin para pequrban dengan penuh semangat dan mantab mengeluarkan sebagian rezekinya untuk memenuhi seruan Rabb Nya. Sebagaimana semangat dan kemantapan hati Nabiyullah Ibrahim saat memenuhi syariat Rabb Nya mengorbankan putranya Ismail yang pada akhirnya allah ganti dengan seekor domba. Sehingga inilah yang menjadi asal muasal (asbabun nuzul) lahirnya syariat allah untuk ibadah berqurban di bulan dzulhijjah ini.

Kalau bukan karena cinta, tidak mungkin para pequrban bersedia rela dan  berlapang dada menerima jatah daging qurbannya 1/3 saja dan selebihnya daging qurbannya untuk membahagiakan dan menyenangkan hati saudara muslim di luar sana yang mereka kurang beruntung sebagaimana kita. Selanjutnya daging qurban dari pequrban inilah saudara-ri kita bisa ikut serta merasakan nikmatnya menyantap daging qurban yang telah dimasak dan dinikmati bersama keluarga tercinta. Allahu Akbar!

Kalau bukan karena cinta, tidak mungkin para pengelola dan panitia qurban rela untuk mengawal pelaksanaan ibadah qurban mulai dari mengumumkan harga, mengedukasi keutamaannya, menggalang dananya, mencarikan hewan terbaik sesuai syariatnya, memastikan arga dan bobot sesuai dengan flyernya hingga pada akhirnya menyembelih hewan qurban dan mendistribusikan dagingnya secara langsung kepada orang-oran yang sangat layak untuk mendapatkannya. Kalau saja bukan karena cinta tidak mungkin mau untuk berlelah-lelah berpanas-panasan mengerjakan ini semua. Allahu Akbar!

 

 

Dengan pesatnya teknologi terkini, hari-hari ini kita disuguhkan pada fenomena kecanggihan teknologi yang hadir dalam pengelolaan daging Qurban, ada yang diolah menjadi rendang, ada yang diolah menjadi kornet, ada yang diolah menjadi abon dan beragam cara olahan daging lainnya. Yang mana tujuan utamanya adalah mengalirkan keberkahan dan keutamaan hewan Qurban dari para mudhohi (pequrban) diterima dengan hati yang syukur, senang, bahagia dan disambut dengan penuh sukacita oleh para penerimanya. Maka sangat relevan sekali dengan tema Qurban Dompet Sosial Al Uswah Tuban 1445 H  tahun ini yakni “BerQurban Bahagia, Bahagiakan Sesama”.  

2. Ibadah Qurban adalah bukti taqwa hamba kepada Sang Pencipta

Kalau bukan karena taqwa kepada Allah Ta’ala, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam dan putranya Ismail tak mungkin rela dan bersedia mengorbankan  jiwa bahkan raganya untuk memenuhi perintah Allah Ta’ala.

Kalau bukan karena taqwa kepada Allah ta’ala, tidak mungkin Nabiyullah Ibrahim alaihis salam rela meninggalkan anak dan istri tercinta, dan sebaliknya tidak mungkin ibunda hajar bersedia dengan ikhlas melepas kepergian sang suami tercinta untuk menjalankan perintah Rabb Nya. Di sisi lain pula bunda hajar dan ismail kecil harus rela ditinggalkan berdua saja di bukit tandus tak berpenghuni hanya berbekal makan dan minum seadanya.

Kenapa hal mustahil ini mampu dilewati dan dijalani dengan sepenuh keyakinan? Jawabannya adalah karena ibunda hajar dan ismail kecil sangat yakin bahwa saat allah mensyariatkan perintah ini, maka pastilah pula Allah ta’ala sendiri yang akan menjaga dan menyelamatkan beliau bertiga. Maasya allah Allahu Akbar! 

Kalau bukan karena taqwa kepada Allah ta’ala, tidak mungkin Ismail kecil begitu sangat percaya dan berlapang dada mempersilahkan sang ayah menunaikan perintah Rabb Nya untuk menyembelihnya meskipun hanya melalui melalui mimpi belaka.

 

 

Yang ternyata mimpi ayahanda Ismail berbeda dengan mimpi kebanyakan manusia, mimpinya adalah dibimbing oleh wahyu yang datangnya langsung dari Allah ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam surat Ash Shafat ayat 102: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata Wahai anakku, Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku akan menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu, Dia Ismail menjawab: “Wahai ayahku, Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Maasya allah Allahu Akbar! 

Mendengar jawaban dari putranya ini, hati beliau seakan-akan hancur berkeping-keping bagaimana tidak, keturunan yang dinantikan sangat lama dan sedang dalam kondisi anak yang lucu-lucunya dan ditambah lagi sedang senang-senangnya bercanda tawa antara orangtua dengan anak kesayangannya tiba-tiba ada syariat Allah datang dan meminta Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya.

Orangtua mana yang tega dan bersedia melakukan perintah yang serasa mustahil dilakukan ini, namun karena Nabiyullah Ibrahim dan putranya Ismail mengedepankan logika keimannya maka Allah turunkan sakinah (ketenangan) dan keyakinan hadir di dalam dadanya sehingga tanpa keraguan sedikitpun untuk melaksanakan perintah Rabb Nya.

 

 

 

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

September 20, 2024

Populer