Oktober 16, 2024 08:53

BAGAIMANA IBUNDA PARA ULAMA MENDIDIK MEREKA? (1)
June 19, 2024

Penulis :

Rif'atud Diyanah, S.Pd
Unit/jenjang SMPIT

Jika kita membaca literatur keislaman, kita akan banyak menjumpai ulama-ulama hebat yang keilmuannya sangat mengagumkan. Saking mengagumkannya, sangat sulit menemukan yang sebanding dengan mereka pada zaman ini. Baik dari segi hafalan, analisis keilmuan, ketekunan dalam menuntut ilmu, adab, ibadah, kezuhudan, kewaraan, keistiqomahan, dan ketakwaannya pada Allah.

Banyak kitab-kitab yang mengabadikan bagaimana mengagumkannya kehidupan para ulama di masa lalu. Kita menyebutnya sebagai ulama’ mutaqaddimin. Dalam kitab Siyar A’laamin Nubala’ nya Imam Adz-Dazabi, lalu Shifatus Shafwahnya Imam Ibnu Jauzi, dan Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf adalah beberapa contoh kitab yang mengabadikan bagaimana mengagumkannya kehidupan para ulama mutaqaadimin.

Lalu apa rahasianya sehingga muncullah orang-orang dengan kualitas yang mengagumkan seperti mereka? Rupanya kunci utama dan pertama adalah ibunda para ulama’ tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Ibu adalah madrasah pertama bagi seorang anak. Anak akan bersinggunngan dengan manusia  bergelar ibu untuk pertama kalinya di dunia ini. Interaksi paling sering akan dilalui anak di masa awal kehidupannya bersama ibu. Maka kualitas ibu yang baik adalah kunci utama untuk mendapatkan manusia dengan kualitas mengagumkan sebagaimana para ulama mutaqaddimin.

Ada beberapa potongan kisah ulama bersama ibunda yang terekam dalam kitab-kitab bagaimana mereka dididik oleh ibundanya. Misalnya saja ibunda Imam Malik bin Anas. Seorang ulama kenamaan dari Hijaz. Digelari Imam Darul Hijrah. Tokoh besar di balik madzhab Maliki. Murid Imam Nafi’ dan gurunya Imam Syafi’i.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Uwais, “Aku mendengar pamanku, Malik bin Anas, bercerita, ‘Dulu, sewaktu aku kecil, ibuku biasa memakaikanku pakaian dan mengenakan imamah untukku. Kemudian ia mengantarkanku kepada Rabi’ah bin Abi Abdirrahman. Ibuku mengatakan, ‘Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi’ah.Pelajari akhlak dan adabnya sebelum engkau mempelajari hadits dan fikih darinya’.”

Lihatlah bagaimana Ibunda beliau yang sejak kecil sudah menanamkan kepada Imam Malik untuk mendekat kepada ilmu dan ahli ilmu. Bagaimana cara ta’dhim kepada ilmu. Hanya dari secuplik kisah ini kita mengetahui bagaimana peran seorang ibu dalam keilmuan seorang Imam Malik.

Kita beralih kepada murid Imam Malik. Yaitu Muhammad bin Idris Asy’Syafi’i. Seorang Imam besar di balik madzhab Syafi’i. Perumus kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang terus digunakan umat islam hingga kini untuk memecahkan beragam permasalahan agama islam. Juga guru dari Imam Madzhab lainnya yakni Imam Ahmad bin Hanbal.

Ayah beliau wafat dalam usia muda. Ibunyalah yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya. Ibunya membawa As-Syafi’I kecil hijrah dari Gaza menuju Mekah demi perkembangan keilmuan ananda. Di Mekah, ia mempelajari Alquran dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun. Kemudian ibunya mengirim anaknya ke pedesaan yang bahasa Arabnya masih murni. Sehingga bahasa Arab beliau tertata dan fasih.

Dengan taufik dari Allah kemudian kecerdasan dan kedalaman pemahamannya, saat beliau baru berusia 15 tahun, Imam asy-Syafi’i sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa. Hal itu tentu tidak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas dan pelajar ilmu agama.

Imam Asy-Sayfi’i berkisah “Aku adalah seorang anak yatim. Ibukulah yang mengasuhku. Namun ia tidak memiliki biaya untuk pendidikanku. Aku menghafal Alquran saat berusia 7 tahun. Dan menghafal Al-Muwaththa’ Imam Malik saat berusia 10 tahun (dalam kondisi belum bertemu dengan Imam Malik di Madinah). Setelah menyempurnakan hafalan Alquranku, aku masuk ke masjid,duduk di majelisnya para ulama. Kuhafalkan hadits atau suatu permasalahan. Keadaan kami di masyarakat berbeda, aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas. Aku pun menjadikan tulang sebagai tempat menulis”.

Betapa besar peran seorang ibunda Imam Asy-Syafi’I dalam kehidupannya sehingga dalam bimbingannya dan do’a-do’anya beliau menjadi Imam yang besar di kemudian hari.

Masih banyak peran-peran dari ibunda-ibunda ulama kita yang lainnya. Akan kita bahas di kesempatan mendatang InsyaAllah.

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

October 16, 2024

Populer