Kebayang tidak jika perempuan termasuk salah satu dari penyumbang sampah terbanyak di dunia? Let me show you the phenomena in our society (based on my experience as woman):
Pertama, dari data yang beredar, sampah di Indonesia didominasi oleh sampah makanan. Ketika berbicara tentang sampah makanan, yang dituju pertama kali ialah sampah rumah tangga. Faktanya, masih sedikit sekali ibu rumah tangga yang mulai mengompos sampah organiknya sendiri. Kebanyakan, sampah organik rumah tangga dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah).
Coba dicek, di rumah masing-masing sampah organiknya dibuang kemana?
Belum lagi saat belanja ke pasar, beli satu bahan saja pasti ada kemasannya. Kalau belinya banyak ditambah bermacam jenis, berapa banyak kemasan yang dihasilkan? Jatuhnya nanti nyampah lagi deh..
Kedua, tidak dapat dipungkiri kebanyakan perempuan hobinya njajan. Saya pun sebagai kaum perempuan menyadari hal itu. Seblak, martabak, kebab, rujak dan sejenisnya sangatlah menggoda mata saat lewat di pinggir jalan. Saya yakin, pembelinya mayoritas perempuan.
Bahkan, di Tahiland ada istilah girly food, yaitu jajanan yang mayoritas pembelinya perempuan. Sebelas dua belas dengan jenis jajanan seblak dan kawan-kawan.
Dari habit njajan ini, sudah bisa ditebak pasti akan menghasilkan sampah dari kemasan jajanan itu. Biasanya kemasannya pun berbahan plastik sekali pakai.
Ketiga, sebagai perempuan saya sendiri mengakui jika kebutuhan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Mulai dari pembalut, kosmetik, skincare, bodycare, haircare yang mayoritas penggunanya adalah perempuan.
Contohnya pembalut, setiap bulan pembalut menjadi kebutuhan primer perempuan. Saat ini, mayoritas perempuan Indonesia masih menggunakan pembalut sekali pakai. Kalau di rata-rata, satu siklus haid bisa menghasilkan sekitar 20-25 sampah pembalut. Kemudian dikalikan dengan jumlah penduduk perempuan di Indonesia, berapa puluh juta ton sampah pembalut yang dihasilkan?
Dari fenomena-fenomena tersebut, terbukti jika peran sebagai perempuan dalam mengatasi masalah sampah sangat signifikan. Andai saja semua perempuan melek dengan masalah sampah ini, sedikit demi sedikit masalah sampah di masing-masing negara bisa teratasi.
Lalu, solusinya bagaimana dong?
Salah satunya yakni dengan merubah gaya hidup menjadi ramah lingkungan. Tidak susah kok, hanya butuh niat dan kemauan untuk berubah. Berikut langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah:
- Membawa tas/kantong/wadah/botol sendiri saat belanja ke pasar atau ke supermarket. Sekarang sudah banyak permintaan konsumen untuk pakai wadah sendiri saat belanja dan sudah menjadi pemakluman bagi para pedagang, jadi tidak usah malu menolak plastik sekali pakai. Selain mengurangi sampah plastik, langkah kecil ini juga sangat mudah untuk di praktikan. Tidak menguras biaya dan juga tenaga.
Mulai memilah sampah. Cukup sediakan dua kategori sampah di rumah, yakni kategori sampah organik dan anorganik. Kemudian pilah sampah sesuai dengan kategorinya. Jika sampah anorganik bisa disalurkan ke pengepul sampah, sedangkan untuk sampah organiknya bisa dimanfaatkan untuk membuat kompos di rumah. - Mulai beralih ke beauty tools yang sifatnya reusable (bisa dipakai ulang). Seperti kapas, tisu, cotton bud, dan pembalut. Fungsinya pun sama, hanya saja bahannya terbuat daari bahan yang lebih ramah lingkungan, yang bisa dicuci ulang. Contohnya pembalut, terdapat dua opsi, bisa menggunakan pembalut kain atau menstrual cup. Untuk beralih ke reusable pembalut ini memang sedikit tricky. Ada ketakutan dan kekhawatiran untuk memulainya. Namun, percayalah, banyak testimoni dari pengguna yang merasa lebih aman, nyaman dan murah dari pada memakai pembalut sekali pakai.
Demikianlah langkah-langkah kecil yang bisa diterapkan oleh perempuan di kehidupan sehari-hari. Lagi pula, gaya hidup ramah lingkungan itu keren loh, ini saatnya perempuan memberikan kontribusinya untuk bumi kita bersama. Yang tadinya perempuan menjadi penyumbang sampah terbanyak, bisa diubah dengan perempuan punya kontribusi besar untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia.