Gangguan Kepribadian Narsistik
Ditinjau oleh dr. Rizal Fadli 24 Maret 2021
Halodoc, Jakarta – Empati adalah kemampuan untuk memahami perspektif atau pandangan dari orang lain, seolah-olah kamu menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Kemampuan ini sebenarnya sangat diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Sayangnya, orang dengan gangguan kepribadian narsistik cenderung tidak memiliki empati terhadap orang lain. Itulah mengapa pengidap narsistik sering mengalami masalah dalam pekerjaan maupun lingkungan sosial.
Kurangnya rasa empati terhadap orang lain menjadi salah satu ciri khas pengidap gangguan kepribadian narsistik. Orang dengan gangguan mental ini akan mengacuhkan maupun mengabaikan kebutuhan orang lain. Mereka sering memandang orang lain hanya sebagai objek untuk melayani atau memenuhi kebutuhan mereka. Orang dengan gangguan narsistik juga tidak peduli terhadap dampak perilaku pada orang lain. Satu-satunya hal yang mereka pikirkan hanyalah kepentingan diri.
Tidak Mampu atau Tidak Mau Berempati?
American Psychiatric Association menjelaskan alasan mengapa seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik cenderung kurang berempati pada orang lain. Sebenarnya, enggan berempati terhadap orang lain bukan berarti mereka tidak mampu berempati. Nah, pengidap masalah mental ini dinilai memiliki kapasitas untuk berempati, tetapi tidak responsif secara empati.
Fungsi kognitif yang diperlukan untuk empati, seperti kemampuan untuk bermain peran atau mengambil perspektif orang lain terjadi di lokasi otak yang berbeda dari aspek emosional empati, yaitu kepekaan terhadap apa yang dirasakan orang lain. Entah apakah seseorang memiliki gangguan narsistik atau tidak, otak tetap akan mensimulasikan perasaan orang lain di sekitar. Kemampuan untuk secara tidak sadar meniru perasaan orang lain memungkinkan untuk merekonstruksi dalam diri kita apa yang mungkin dialami orang lain.