Didalam Islam, konsep waktu antara dunia dan akhirat memiliki perbedaan yang signifikan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Waktu di dunia berjalan dengan hitungan yang kita kenal, yaitu berdasarkan rotasi bumi dan pergerakan matahari, namun di akhirat, waktu berjalan dengan cara yang berbeda.
1. Hari di Dunia vs Hari di Akhirat:
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan bahwa satu hari di sisi-Nya tidak sama dengan satu hari di dunia. Dalam Surat Al-Hajj ayat 47, Allah berfirman:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj: 47)
Ayat ini menggambarkan bahwa satu hari di akhirat setara dengan seribu tahun di dunia. Ini menunjukkan bahwa konsep waktu di akhirat sangat berbeda dan lebih panjang dibandingkan dengan waktu di dunia.
2. Perbandingan Lain:
Selain itu, ada pula ayat lain yang menjelaskan perbandingan waktu, yaitu dalam Surat As-Sajdah ayat 5:
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As-Sajdah: 5)
Dan dalam Surat Al-Ma’arij ayat 4, disebutkan bahwa malaikat dan ruh naik kepada Allah dalam satu hari yang kadarnya lima puluh ribu tahun:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij: 4)
Ini menunjukkan bahwa di akhirat, hitungan waktu tidak bisa disamakan dengan hitungan waktu di dunia.
3. Implikasi dan Makna :
Perbandingan ini menunjukkan betapa singkatnya kehidupan dunia dibandingkan dengan kehidupan di akhirat. Dalam konteks amal dan ibadah, ini mengingatkan manusia untuk memanfaatkan waktu di dunia sebaik mungkin karena waktu di akhirat jauh lebih panjang dan abadi.
Pemahaman ini mengajarkan kita untuk lebih fokus pada amal yang akan bermanfaat di akhirat, karena kehidupan dunia hanyalah sementara dan waktu di akhirat tidak terukur dengan hitungan duniawi yang kita kenal.
Dengan menyadari perbedaan ini, umat Islam diajak untuk memperhatikan bekal akhirat, mengingat bahwa kehidupan di akhirat akan berlangsung sangat lama, dan kesempatan untuk beramal hanya ada di dunia ini.