Desember 5, 2024 10:11

Misteri Rezeki
September 7, 2024

Penulis :

NURHASAN, S.Pd.I
Unit/jenjang KSPPS

Misteri Rezeki

Oleh: Nurhasan

Kita semua yakin dan percaya bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta dan pemberi rezeki. Dialah yang Maha kaya dengan segala kekuasaannya. Sangat mudah bagi-Nya untuk memberi rezeki unlimited kepada para hambanya. Namun kenyataannya ada yang mendapatkan sedikit, tapi ada juga yang banyak. Ada orang yang telah berjuang mati-matian dalam bekerja tapi tetap saja segitu rezekinya. Tapi ada orang yang kelihatannya biasa-biasa saja dalam bekerja tapi rezekinya tanpa batas. Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara kita memahami pola rezeki? Apa yang harus kita perbaiki agar semuanya bisa lebih baik? Secara ringkas jawabannya akan kita temukan dalam tulisan ini.

 

Analogi yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan betapa luasnya rezeki Sang Pencipta adalah, sebuah kolam tanpa batas yang isi airnya sangat jernih. Setiap kita boleh mengambil berapapun yang kita mau. Ada orang yang mengambil dengan ember. Ada yang menggunakan selang kemudian disalurkan ke kolam yang ada di rumahnya. Ada yang kemudian datang ke kolam luas tadi hanya membawa timba. Ada pula yang hanya menggunakan sebuah botol. Dan begitu seterusnya. Ada orang yang setiap hari membawa botol, ia datang pagi kemudian setelah itu botol tersebut dibawa pulang dan setelah habis besok pagi ia datang lagi. Ini menggambarkan orang-orang yang bekerja, berangkat pagi pulang membawa hasil kemudian dipakai untuk kebutuhan hari itu. Ketika habis ia pun besok akan mencari lagi. Ada orang yang datang ke kolam tersebut dengan membawa timba. Ia mengisi penuh timba kemudian membawanya pulang. Timba yang terisi penuh tersebut bisa ia pakai untuk memenuhi kebutuhan selama 5 sampai 6 hari. Lalu setelah 3 hari ia pun mengambil lagi mengisi penuh timbanya. Dan begitu seterusnya. Akhirnya apa? Ia punya cadangan air yang banyak di rumahnya. Ada orang yang datang ke kolam dengan lebih canggih lagi. Ia membawa truk kemudian mengisinya dengan beberapa drum. Diisi penuh truk tersebut dengan air yang ada di dalam setiap drum. Kemudian sekali ia mengangkut bisa membawa 10-15 drum yang kemudian cukup untuk hidupnya selama 1 tahun. Ada lagi yang kemudian ia membuat sebuah saluran air menggunakan selang dan pipa lalu mengalirkannya ke rumah. Akhirnya ia nggak perlu datang ke kolam tersebut setiap hari. Cukup menyalakan selang yang telah tersambung dengan sistem canggih terhadap kolam di rumahnya, sehingga sistem itu membuat ia bisa tetap mendapatkan air tanpa ia harus bekerja setiap hari.

 

Analogi di atas menggambarkan bagaimana perjalanan rezeki kita. Allah memberikan rezeki sangat luas pada kita yang dicontohkan dengan kolam air yang sangat luas kemudian berapa rezeki yang akan kita dapatkan tergantung pada cara kita mengambilnya. Ada yang datang ke kolam tersebut hanya dengan berbekal botol. Ia pun mengisi penuh lalu ia bawa pulang. Sore botol itu habis kemudian besok ia mengambil lagi. Inilah nasib para pekerja yang setiap hari terpaksa bekerja mendapatkan upah harian yang upahnya hanya cukup untuk kebutuhan hari itu. Ada yang mungkin membawa timba yang kemudian ia mengisi penuh timbanya. Kemudian timba tersebut bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari. Ini adalah ilustrasi mereka yang bekerja dan mendapatkan gaji mungkin mingguan atau bulanan. Ada juga yang datang ke kolam dengan membawa truk berisi beberapa drum yang diisi penuh kemudian dipakai untuk memenuhi kebutuhannya selama setahun penuh. Bahkan ada yang lebih canggih lagi, yakni membangun pipa air yang terhubung dari rumah ke kolam tersebut. Ini menggambarkan bagaimana cara kita mengambil rezeki dari Sang Pencipta. Rezeki dari Allah memang sangat luas, bahkan tak terbatas.

 

Namun kenapa sebagian dari kita dapatnya sedikit? Kenapa sebagian dari kita punya kondisi yang sangat berbeda dengan mereka yang ada di sekitar kita? Semua itu tergantung pada bagaimana cara kita mendatanginya. Cara yang kita gunakan dalam menggapai rezeki itulah yang kita dapatkan. Jika kita ingin dapat yang lebih banyak maka perbaiki caranya. Mungkin kita harus belajar bagaimana mendapatkan sebuah timba. Kita harus belajar bagaimana membangun jaringan. Membangun sistem pipa yang terhubung dari kolam sampai dengan di rumah. Maka di titik ini mari evaluasi cara kita. Jangan gampang menyalahkan Allah yang mungkin memberi kita tidak terlalu banyak. Sebenarnya Allah memberi kita banyak. Allah memberi kita pilihan berapa banyak yang akan kita ambil. Tapi kitalah yang memilih mengambilnya sedikit saja.

 

Maka di titik ini rasanya tidak pantas kalau kita menyalahkan Sang Pencipta atas apa yang kita dapatkan. Bukankah Allah tak akan pernah mengubah nasib suatu kaum jika dia tidak mengubahnya sendiri. Rasanya jika kita mengeluh rezeki yang seret dan penghasilan sedikit. Maka ada baiknya kita memperbaiki cara kita. Jika kita merasa tidak menemukan cara untuk memperbaiki apa yang telah kita lakukan, datanglah pada Allah untuk bersujud dan berdoa kepada-Nya. Setelah itu belajar, bangun jaringan, dan lakukan sesuatu. Jangan hanya berhenti pada berdoa. Setelah berdoa belajarlah. Karena pengetahuan akan mengubah persepsimu. Persepsimu akan memperbaiki tindakanmu. Yang pada akhirnya caramu menjemput rezeki juga berubah. Kenapa kita juga harus membangun jaringan? Karena kita bisa belajar dari orang-orang yang mungkin telah menggunakan sistem yang lebih baik. Kita melihat dan mengamati mereka kemudian kita belajar, bahkan bisa meniru mereka. Maka di titik ini Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hanya kita saja yang membatasinya. Kita yang memilih mengambilnya dengan cara yang mungkin perlu diperbaiki. Jika hari ini hidup kita nggak terlalu baik jangan pernah menyalahkan Allah. Tapi, yuk kita evaluasi diri. Perbaiki apa yang kita harusnya perbaiki. Jangan merasa hebat dengan pencapaian kita sekarang. Jangan menyalahkan orang lain karena mereka bisa mendapatkan lebih banyak dari kita. Tapi belajarlah pada mereka. Selalu menjadi lebih baik adalah langkah yang harus kita lakukan agar kita terus mampu memperbaiki cara yang hanya hari ini kita lakukan. Jangan takut untuk  memperbaiki yang harusnya diperbaiki. Nggak usah takut untuk mengubah apa yang harusnya diubah. Karena memang dunia berubah dan dunia harus terus menjadi lebih baik. Pilihan ada di tangan kita masing-masing. Apakah kita memilih mempertahankan cara yang selama ini kita lakukan dan ternyata terbukti hasilnya belum sesuai harapan? Atau memperbaikinya. Jika kita bertanya bagaimana cara memperbaikinya? Maka perbaiki dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan. Perbaiki waktu, cara belajar, komunikasi, dan perbaiki hubungan dengan Allah.

 

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

December 4, 2024

Populer