Manasik haji adalah latihan atau simulasi pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Kementerian Agama Republik Indonesia rutin mengadakan simulasi haji untuk calon jemaah yang akan berangkat ke Tanah Suci.
Manasik haji bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada jemaah haji tentang tata cara haji yang sesuai dengan syariat Islam. Manasik biasanya dilaksanakan secara bertahap, mulai dari bimbingan teori hingga praktik lapangan.
Sejarah manasik haji dari masa Nabi Ibrahim AS sampai masa Nabi Muhammad SAWadalah sebagai berikut:
1. Masa Nabi Ibrahim dan Ismail
• Awal Mula Ibadah Haji: Sejarah manasik haji bermula dari masa Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS. Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar, dan anaknya Ismail di daerah tandus yang kini dikenal sebagai Mekah. Saat Ismail kehausan, Siti Hajar berlari antara bukit Safa dan Marwah mencari air, hingga akhirnya air Zamzam muncul.
• Pembangunan Ka’bah: Setelah beberapa tahun, Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membangun kembali Ka’bah bersama Ismail. Setelah selesai, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengumumkan ibadah haji kepada umat manusia, yang menjadi awal dari ritual haji.
• Kurban di Mina: Ritual kurban juga berasal dari kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk mengorbankan putranya, Ismail, tetapi Allah menggantikannya dengan domba sebagai bentuk ujian ketaatan.
2. Zaman Pra-Islam
• Penyimpangan dan Penyimpanan Berhala: Seiring waktu, tradisi haji mengalami penyimpangan. Orang-orang Arab pra-Islam menyembah berhala dan menempatkan banyak patung di sekitar Ka’bah. Meski tetap melaksanakan haji, banyak ritual yang berubah dari aslinya.
• Perubahan Tata Cara: Berbagai suku Arab menambahkan ritual baru, seperti tawaf dalam keadaan telanjang dan praktik lainnya yang tidak sesuai dengan ajaran asli Nabi Ibrahim.
3. Masa Nabi Muhammad SAW
• Pemurnian Ibadah Haji: Ketika Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rasul, beliau membawa ajaran Islam yang benar dan memurnikan kembali ibadah haji. Pada tahun ke-8 Hijriah, setelah penaklukan Mekah (Fathu Makkah), Nabi Muhammad membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala dan mengembalikan tata cara haji seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim.
• Haji Wada’: Pada tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad SAW melakukan haji terakhirnya yang dikenal sebagai Haji Wada’. Dalam ibadah ini, beliau mengajarkan tata cara manasik haji yang benar kepada para sahabat dan seluruh umat Muslim. Ini menjadi pedoman manasik haji yang kita kenal hingga sekarang.
4. Perkembangan Manasik Haji Setelah Wafatnya Nabi Muhammad SAW
• Kodifikasi Tata Cara Haji: Setelah wafatnya Nabi Muhammad, para sahabat dan ulama mendokumentasikan tata cara haji dan manasik secara lebih detail. Ini termasuk berbagai rukun, wajib, sunnah, serta doa-doa yang dibaca selama pelaksanaan haji.
• Manasik Haji Modern: Seiring waktu, manasik haji mengalami perkembangan dan penyesuaian, terutama dengan meningkatnya jumlah jamaah dari seluruh dunia. Pemerintah Arab Saudi telah membangun berbagai infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan ibadah haji, seperti jalur khusus untuk tawaf, sa’i, dan tenda-tenda di Mina.
5. Manasik Haji di Indonesia dan Negara Muslim Lainnya
• Pelatihan Manasik Haji: Di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia, pelatihan manasik haji dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada calon jamaah mengenai tata cara pelaksanaan ibadah haji. Ini dilakukan karena banyak calon jamaah yang baru pertama kali melakukan ibadah ini dan membutuhkan bimbingan.
Dalil Haji dalam Al-Qur’an dan Hadits
1. Surat Ali Imran Ayat 97
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan suatu apapun) dari semesta alam.” (QS Ali Imran: 97).
2. Surat Al-Hajj Ayat 27-28
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ. لِّيَشْهَدُوا۟ مَنَٰفِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَٰمِ ۖ فَكُلُوا۟ مِنْهَا وَأَطْعِمُوا۟ ٱلْبَآئِسَ ٱلْفَقِيرَ
Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak dan berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS Al-Hajj: 27-28).
Manfaat Manasik Haji
Manasik haji memiliki beberapa manfaat untuk Anda yang ingin melakukan ibadah haji, antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman tata cara ibadah haji
Manasik haji dapat membantu calon jemaah haji untuk memahami tata cara ibadah haji dengan benar. Dalam simulasi ini Anda akan diberikan gambaran yang jelas tentang apa saja yang harus dilakukan selama menunaikan ibadah haji.
Dengan mengikuti manasik haji, jemaah haji akan lebih siap untuk melaksanakan ibadah haji dengan baik dan lancar.
2. Melatih fisik dan mental jemaah haji
Mengikuti manasik haji akan dapat membantu calon jemaah haji untuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental agar dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar dan khusyuk.
3. Mempererat tali silaturahmi
Manasik haji juga dapat mempererat tali silaturahmi antar umat Islam. Melalui manasik haji, jemaah haji dari berbagai daerah akan berkumpul dan saling mengenal satu sama lain.
Panduan Rangkaian Manasik Haji
1. Pembekalan teori
Tahapan pertama dalam rangkaian manasik haji adalah pembekalan teori. Calon jemaah haji akan diberikan materi tentang sejarah haji, hukum haji, rukun haji, syarat-syarat haji, tata cara pelaksanaan haji, dan lain sebagainya.
2. Simulasi tata cara haji
Pada tahap ini, calon jemaah haji akan praktik tata cara pelaksanaan haji yang biasanya dilakukan di tempat yang menyerupai keadaan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Berikut ini beberapa tata cara haji yang akan Anda pelajari:
• Simulasi pelaksanaan ihram
Ihram adalah awal dari rangkaian ibadah haji. Ihram dilakukan dengan mengenakan pakaian ihram dan membaca niat ihram. Pembimbing ibadah haji akan menjelaskan tata cara memakai pakaian ihram.
Pakaian ihram untuk jamaah laki-laki adalah dua helai kain putih yang tidak dijahit, sedangkan jamaah perempuan cukup menggunakan pakaian yang menutup aurat.
Awali dengan niat haji yang ikhlas dan suci di miqat, yakni batas wilayah tertentu yang disyariatkan untuk berihram. Jamaah haji Indonesia umumnya berniat dan berihram di Jeddah (Bir Ali).
• Wukuf di Arafah
Wukuf adalah salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan, di mana para jemaah haji harus berdiam diri di Padang Arafah dalam keadaan ihram pada waktu tertentu, yaitu mulai dari terbenamnya matahari di tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya fajar di tanggal 10 Dzulhijjah.
• Mabit di Muzdalifah dan Mina
Setelah melaksanakan wukuf di Arafah hingga terbit fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah, jemaah haji diwajibkan untuk bermalam di Muzdalifah. Sementara mabit di Mina dilaksanakan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah.
Bagi jemaah haji yang meninggalkan mabit di Muzdalifah dan Mina karena uzur, maka tidak ada kewajiban apapun baginya. Namun, bagi jemaah haji yang meninggalkan mabit di Muzdalifah dan Mina tanpa uzur wajib membayar dam (denda).
• Simulasi lempar jumrah
Lempar jumrah merupakan simbol melawan godaan dan hawa nafsu yang yang dilaksanakan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah. Lempar jumrah dimulai dari jumrah Ula, kemudian jumrah Wusta, dan terakhir jumrah Aqabah.
Jemaah haji harus melempar jumrah menggunakan tujuh buah batu kecil yang harus dilempar dengan tangan sendiri, tidak boleh menggunakan alat bantu.
• Simulasi tawaf ifadhah
Simulasi tawaf haji sangat penting dilakukan calon jemaah. Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran berlawanan arah jarum jam yang dimulai dari Hajar Aswad.
• Simulasi sa’i
Sa’i merupakan salah satu rukun haji yang dilakukan dengan cara berjalan kaki atau berlari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah, masing-masing sebanyak 7 kali. Sa’i hukumnya wajib bagi setiap jamaah haji dan umrah yang telah melakukan tawaf.
Kesimpulan
Manasik haji adalah bagian penting dalam persiapan ibadah haji. Melalui manasik haji, calon jamaah akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang tata cara pelaksanaan ibadah, makna spiritual, dan pentingnya menjaga kesucian serta ketakwaan selama menjalankan rukun Islam yang kelima ini. Manasik haji bukan sekadar latihan, melainkan proses pembelajaran yang membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT, memperkuat iman, dan mempersiapkan diri untuk menjalani salah satu ibadah terbesar dalam hidup seorang Muslim.