Desember 5, 2024 03:13

LIMA RATUS RUPIAH
October 27, 2024

Penulis :

Nur Wahyu Ika Puspa Rini, S. Pd.
Unit/jenjang TKIT

LIMA RATUS RUPIAH

 

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.40 WIB.

 

“Waduh aku sudah terlambat ini…” Ucap Sari.

“Ibuk…, salim….” Sari pamitan kepada Ibu, karena Bapak pagi-pagi sudah ke sawah..

“Ati-ati ya nduk…” Ibu  menasehati Sari.

“Njeh buk.., Assalamu’alaikum”. Sari mengucap salam kepada Ibu.

” Wa’alaikumussalam”. Jawab Ibu.

 

Sambil bergegas naik angkot depan rumah nya yang sudah bersiap 1 menit, menunggunya. Sampai di ujung jalan angkot pun berhenti. Dan Sari pun turun, dan harus jalan kaki lagi menuju sekolah nya.

 

Dan sampai di sekolah, sudah pukul 07.05 WIB. Bersyukur sekali jam pertama kosong. Sari aman, tidak mendapat hukuman dari bapak Imam. Bapak Imam adalah Guru Fiqih. Untuk mengganti jam kosongnya, Pak Imam memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum tema baru.

 

Tidak disangka Sekar menghampiri Sari tiba-tiba. “Sari, hari ini aku mau buat SIM, kamu mau ikut aku ndak? .” Ujar Sekar mendekati Sari pagi itu.

“Emangnya kalau buat SIM dimana? ” Tanya Sari.

“Yaa Allah Sar.. Masa kamu ndak tahu sih, yaa di kantor polisi lah”. Jawab Sekar sambil geleng-geleng, seperti tidak percaya pada sahabatnya.

” Gimana, ikut tidak? “. Tanya Sekar memastikan.

” Ikut lah.. . (waduh tapi nanti gimana kalau ketemu polisi ya, yaaa sudahlah aku kan tidak melakukan kesalahan)” Pikir Sari.

“Nanti, ijinnya gimana Sekar.. ” Tambah Sari.

“Tenang.. Kan ada guru piket, bisa minta ijin ngurus SIM pasti diijinkan. Toh kita udah SMA jadi wajib mempunyai SIM kan..” Ucap Sekar santai.

 

Sekar seorang anak orang kaya, pemberani dan mandiri.  Meskipun kaya, Sekar sangat low profile kepada teman-teman yang lain. Berbeda sekali dengan Sari yang lugu dan berasal dari keluarga sederhana, sampai-sampai dia belum pernah pergi sendiri kemanapun.

 

“Udah dapat ijinnya? ” Tanya Sari

“Beres…Nih helm temanku pakai !”, Sekar bergegas.

“Siap.. Sekar kamu koq pinter banget yaa, berani pergi sendiri tanpa ditemani orang tua. ” Tanya Sari.

“Aku itu diberi uang Ayah, kata Ayah ini uang untuk buat SIM. Terserah kamu mau berangkat apa tidak”. Jawab Sekar tegas.

” Waah.. Hebat ya kamu.. ” Sari kagum.

“Lha gimana lagi Sar, daripada uang nya diambil Ayah lagi hehehe…. ” Timpal Sekar cengengesan.

“Aku kalau gak ditemanin Bapakku, yaa gak jadi ke mana-mana Sekar”. Ujar Sari.

” Masa..sih” Sekar tak percaya.

Sembari naik motor mereka bercerita panjang lebar, dan tidak terasa sampailah mereka berdua di tempat parkir Kantor Polisi. Dikejauhan mereka sudah disambut bapak parkir.

 

“Mau apa neng…?” Tanya pak parkir.

“Mau ngurus SIM lah… Udah tahu nanya”. Jawab Sekar ketus.

“Yaa barangkali mau ada kepentingan lain”. Ucap pak Parkir

“Udah punya pacar belum neng? Pak Parkir bertanya lagi.

“Jawab aja udah Sar.. , udah jangan diladenin.. Udah tua kok godain anak-anak”. Bisik Sekar sambil manyun, dia sudah mulai risi dengan kelakuan bapak tukang parkir.

 

Sekar mengajak temannya yang lugu itu masuk ke ruangan pembuatan SIM. Sari menunggu sahabatnya itu lumayan lama. Dari pemberkasan, fotokopi KTP, tes tulis sampai foto. Sembari menunggu Sekar, Sari berjalan-jalan membaca tulisan-tulisan di sekitar ruangan. Setelah hampir 1 jam menunggu akhirnya jadi juga.

 

“Lama ya Sar.. Maaf ya udah bikin kamu nunggu lama”. Ucap Sekar pada sahabatnya itu.

” Nggak pa-pa Sar, aku malah seneng banget kamu ajak main-main ke kantor polisi. Terima kasih yaa..”. Kata Sari senang.

“Aku yang terima kasih, udah ditemenin”. Sekar berterima kasih.

” Oke sama-sama, ya udah kita balik yuk.. ” Ajak Sari

“Ayuuk…” Sekar menanggapi.

 

Menuju ke parkiran.. .

” Aduuh.. Ketemu orang itu lagi” gumam Sekar kesal.

“Mau pulang neng…. “. Tanya pak parkir.

“Yaa iya lah,…. ” Jawab Sekar kesal.

“Ayo Sarr, cepat naik.” Ajak Sekar.

“Tapi kasihan bapaknya, apa ndak dikasih..” Sari merasa kasihan.

“Gak usah, wong udah jadi tugas nya”. Timpal Sekar.

“Tapi kan biasanya ya dikasih Sekar”. Kata Sari lagi

” Ndak usah biarin, orang genit gitu koq diladenin sih..” Sekar memastikan.

“Ookee..” Jawab Sari pasrah.

Terlihat bapak parkir itu geleng-geleng kepala.

 

Sebenarnya Sari ingin sekali memberi tetapi uang disaku Sari tinggal Rp. 500,-. Sari terus meraba saku rok abu-abunya, sembari bertanya-tanya dalam hatinya.

 

“Dikasihkan apa tidak yaa.. Uang ini kan untuk jatah pulang naik angkot. Yaa kalau nanti aku dapat tumpangan, uang ini aku berikan tidak masalah, tetapi kalau tidak bagaimana? Aku pasti nunggu truk batu tumpangan yang lewat di depan rumahku dan itu belum tentu ada. Dan pulangnya pasti sangat sore. Bisa-bisa Ibu Bapak cemas. Aduh Sari bingung sekali. Yaa sudah, aku terima keputusanmu Sarr meskipun aku sebenarnya tidak tega melihat bapak parkir itu”.

 

Sepuluh menit kemudian, sampailah mereka di sekolah. Gara-gara kejadian tadi Sarina jadi pegangin terus uang 500 perak nya. Sarina jadi tidak konsentrasi menerima pelajaran hari ini. Sampailah di jam terakhir, dan bel pun berbunyi.

 

Seperti biasa Sarina berjalan kaki sekitar 15 menit sampai di pertigaan jalan brawijaya belakang pasar. Sarina memilih tempat tersebut dikarenakan mencari mobil angkot. Di situ lebih gampang mendapatkan angkot daripada di tempat lain. Sarina memilih duduk di pinggir trotoar. Sambil tengok kanan, tengok kiri barangkali ada tumpangan. Dan pikiran Sarina mulai teringat lagi kejadian tadi. Uuhh… merasa bersalah lagi.

 

“Nduk.. ” Ada suara yang memanggil lirih.

“Oh njeh Mbah.. “

Seorang nenek menghampiriku sambil mengulurkan kedua tangannya meminta sesuatu.

Sarina mengambil uang satu-satunya miliknya itu. Tanpa pikir panjang, dia memberikan koin 500 nya kepada nenek tersebut.

 

“Maturnuwun njeh.. ” Ucap nenek

“Njeh Mbah, sami-sami.” Balas Sari.

 

Mashaa Allah, seketika itu hati Sarina tenang dan lega. Ternyata uang ini sudah Allah atur untuk yang lebih membutuhkan. Ada yang berbisik dalam hati, ” terus nanti kamu pulangnya gimana? “. Aahh Sarina yakin Allah pasti menolong.

 

Tiba-tiba, bapak sopir truck batu yang biasa memberi Sarina tumpangan berhenti. Dan meminta Sarina naik.

 

“Ayo nduk… “

“Njeh Pak…” Senangnya hati Sarina.

 

 Tanpa ada percakapan yang berarti di sepanjang perjalanan. Sampai juga di depan rumah Sarina.

 

“Alhamdulillah.. Sembah suwun njeh Pak” Sari berterima kasih kepada Bapak Sopir.

“Njeh sami-sami.. “.

 

Sari adalah anak yang jarang menuntut orang tuanya. Adiknya yang banyak membuat dia harus pengertian kepada ke dua orang tuanya. Dia jarang sekali beli jajan, uang saku nya yang seribu setiap hari terkadang Ibu lupa tidak memberi uang saku. Selagi uang saku Sari masih ada, Sari tidak meminta uang pada Ibu.

 

” Assalamu’alaikum..” Sari mengucap salam.

” Wa’alaikumussalam..udah pulang nduk”. Jawab ibu

” Sampun Buk… Buk Masak apa? Aku udah lapar nih. Boleh makan yaa”. Pinta Sari.

” Ayam goreng, sayur asem”. Jawab Ibu.

“Waah tumben banget ibuk masak enak..”. Kata Sari senang (pertanda Bapak Ibuk dapat rejeki lebih nih, semoga besok aku diberi uang jajan lebih. Aamiin)

” Iya sayang…. Ayo segera ganti baju, cuci tangan, lalu makan ya sayang.” Ajak Ibu.

 

Allah berikan balasan kebahagiaan yang banyak hari ini kepada Sari. Sari sangat bersyukur. Hari yang tidak terlupakan.

 

“Aduuh….”tiba-tiba ada yang menepuk keras pundak Sari dari belakang.

“Bu Sari..lagi melamun yaa..” tanya Bu Irma. Ternyata Sari termenung di tempat kerjanya.

” Wah.. Iya ya…hi hi” Jawab Sari bingung dan senyum-senyum sendiri. Ternyata masa SMA, 17 tahun yang lalu terlintas lagi. Hanya karena Sari menemukan uang koin Rp. 500,- di atas meja kerjanya.

“Sudah bu, jangan melamun. Mending ambil wudhu, sholat dhuhur berjamaah yuk” Ajak Bu Irma.

“Ok Bu Irma.. ” Sari pun mengambil wudhu, dan sholat bersama Bu Irma.

 

==========================================

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

December 4, 2024

Populer