Anak adalah amanah, mereka bukan lantas lahir ke dunia kalau bukan keinginan kita dan atas kuasa Allah. Kita akan dimintai pertanggung jawaban atas didikan kita terhadap anak. Kita berusaha menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab dalam mendidik anak
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”. (Ali Bin Abi Thalib RA). Perubahan dan perkembangan zaman yang begitu pesat memang tidak bisa dipungkiri. Mendidik anak sekarang tentu tidak bisa disamakan seperti mendidik anak zaman dulu. Banyak penalaran serta ungkapan beliau yang sangat baik dan mampu menjadi motivasi bagi kita.
Menurut Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga fase dalam mendidik anak; 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun) diperlakukan sebagai raja, 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun) diperlakukan sebagai “tawanan”, 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun) diperlakukan sebagai sahabat.
Fase pertama
Pada 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun) anak diperlakukan sebagai raja, sebagai orang tua pada fase ini kita harus melayani dan menyayangi anak dengan baik, tulus, dan sepenuh hati. Hal ini jelas akan memberikan dampak pada perkembangan perilakunya nanti.
Pada saat anak memanggil dan meminta pertolongan, lalu kita langsung memberikan respon dan memenuhi permintaannya, maka suatu saat nanti apabila kita memanggil dan meminta pertolongan ia akan langsung menjawab dan menghampiri. Saya sering mengusap punggung juga kepala anak saya, hal ini menjadikan anak saya perhatian jika sedang sakit atau kelelahan, ia akan mengusap dan memijit saya. Orang tua harus menjadi pribadi yang penuh sabar, pada fase ini kita harus berusaha keras menahan emosi di saat anak melakukan kesalahan sebesar apapun, dengan ini makan dikemudian hari anak kita pun akan tumbuh menjadi pribadi penyabar dan bisa menahan emosinya ada yang bersalah terhadapnya.
Sejak bayi hingga usia 7 tahun kita berusaha sebaik mungkin melayani dan menyenangkan hatinya, Insha’Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi baik, menyenangkan, perhatian, serta bertanggung jawab. Saat kita mecintai, menyayangi, serta memperlakukannya bak raja, maka kelak ia pun akan tulus mencintai, menyayaangi, dan memperlakukan orang tua sebagai raja dan ratunya.
Fase kedua
Pada 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun) anak diperlakukan sebagai “tawanan”. Tawanan di sini memiliki makna yang mendalam, Dalam Islam kedudukan tawanan perang sangat terhormat. Tawanan mendapat haknya secara proporsional, namun tentu saja harus dengan berbagai batasan, larangan, dan kewajiban yang harus ditunaikan.
Di sini arti anak diperlakukan seperti “tawanan” pada usia 7-14 tahun yaitu masa yang tepat untuk mendidik anak dengan haknya namun harus memenuhi kewajiban, memahami larangan, dan bagaimana bertanggung jawab.
Perintah Rasulullah SAW untuk menunaikan sholat wajib dimulai pada usia 7 tahun, dan kita diperbolehkan memukul (tidak meninggalkan luka) anak atau pun memberikan hukuman seperlunya pada saat anak telah berusia 10 tahun apabila tidak mengerjakan sholat.
Pada fase ini anak mulai diberlakukan melakukan sholat wajib 5 waktu, menutup aurat, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, membiasakan membaca Al-Quran, melatih kedisiplinan dan kemadirian. Apabila kita berhasil mendidik pada fase ini maka anak akan tumbuh menjadi manusia yang berakhlak, kuat, berbudi, tangguh, dan bertanggung jawab.
Fase ketiga
Pada 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun) anak diperlakukan sebagai sahabat. Pada masa ini anak menginjak akil baligh. Anak sudah tidak bisa diperlakukan keras karna pada fase ini baiknya ia diperlakukan seperti teman dan sahabat. Anak akan lebih menerima perbicaraan dari hati ke hati. Komunikasi yang baik adalah cara yang paling tepat. Anak akan mengalami berbagai perubahan dari mulai perkembangan fisik, mental, dan sosial. Saat anak akil baligh ia akan memiliki buku amalannya sendiri dan sudah dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
Pada fase ini anak diberikan ruang dan kepercayaan, namun tetap dalam pengawasan dan kontrol orang tua. Kita wajib membekali anak dengan keahlian hidup. Sabda Rasulullah SAW, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah.” (Riwayat sahih Imam Bukhari dan Imam Muslm). Bukan tanpa alasan ketiga keahlian ini disarankan oleh Rasulullah SAW. Dari beberapa referensi sumber dan buku, pakar memperluas tafsiran hadist tersebut, sebagai berikut;
· Berkuda diartikan sebagai Skill of Life yaitu keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup, mampu melatih fisik dan mental, serta rasa percaya diri, dan pengendalian diri yang baik.
· Berenang diartikan sebagai Survival of Live yaitu menjadikan anak memiliki ketahan diri yang baik, menaklukan rasa takut, bersemangat, tidak mudah menyerah dan mampu menghadapi berbagai masalah.
· Memanah diartikan sebagai thinking of Life yaitu melatih ketangkasan dan kefokusan anak serta membangun kemandirian berpikir, serta merencanakan dan menentukan target hidup.
Dengan pendidikan yang sesuai dengan tahapan dan fasenya, semoga anak-anak kita bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia tangguh yang berbudi baik, berakhlak mulia, dan mampu jadi penerus generasi bangsa yang berkarakter, beragama, beradab, dan bertanggung jawab.