Guru yang Baik adalah Guru yang Mengajar Muridnya dengan Hati
Menjadi guru jangan hanya ingin menjadi orang yang didengarkan kata-katanya, tetapi juga harus bersedia mendengarkan kesulitan yang dihadapi oleh muridnya. Prinsip dasar inilah yang sering dilupakan, sehingga kalau kita mau bicara dengan jujur, pada masa ini, yang berdiri di depan kelas, kebanyakan adalah tenaga-tenaga pengajar. Bukan seorang guru. Bagaimana mungkin menjadi guru, setelah satu tahun mengajar, masih tidak dapat menghafal nama murid-muridnya.
Murid-murid di zaman kini, sudah jauh lebih kritis dibandingkan dengan murid-murid 10 tahun yang lalu. Coba dengarkan apa yang mereka saling ceritakan di luar kelas: ”Pak guru, suruh kita kerjakan soal yang banyak, agar bisa main HP. Sehingga ketika kita saling menyontek, pak guru sama sekali tidak melihat.”
Bayangkan, kalau di benak murid-murid, sudah tertanamkan image seorang guru yang tidak dapat menjaga kewibawaan seorang pendidik, maka apakah kita masih bisa berharap kelak anak – anak didik sang guru, bakal menjadi anak-anak yang cerdas dan jujur?. Kendati saya bukan lagi seorang guru, namun saya senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan, karena kami khawatir bila cucu-cucu kami berada dalam tangan seorang pengajar, bukan seorang guru.
Guru adalah Seorang Pemimpin
Seorang guru adalah seorang pemimpin. Yang cara berpikir, sikap mental, dan perilakunya tercermin dalam keseharian di depan dan diluar kelas, menjadi contoh teladan bagi anak-anak yang berada dalam asuhannya. Seorang yang tidak dapat memimpin diri sendiri, mustahil akan dapat menjadi seorang guru yang baik.
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menggurui, hanya sekedar saling mengingatkan, bahwa seorang guru, adalah sosok yang seharusnya patut ditiru perilakunya. Beruntung masih cukup banyak guru yang patut menjadi teladan, namum masih cukup banyak yang berdiri sebagai pengajar. Semoga kedepan, setiap sosok yang berdiri mengajar di depan kelas adalah seorang guru. Seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi juga mendidik mereka. Untuk mendidik, tidak harus mengajar di bidang etika atau menjadi guru agama. Mengajar di bidang apapun, sesungguhnya setiap guru, dapat mendidik para muridnya, yakni mengajar dengan hati.