Februari 13, 2025 22:06

Hadits Ke-20 Arbain Nawawi: Rasa Malu
January 24, 2025

Penulis :

Afaf D. Putra
Unit/jenjang SMAIT

Rasa malu (al-hayā’) adalah sifat terpuji yang tumbuh dari kesadaran manusia akan nilai dan kehormatan dirinya di hadapan Allah, manusia, dan dirinya sendiri. Dalam Islam, rasa malu adalah bagian dari fitrah yang dianugerahkan Allah kepada setiap manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya di antara yang didapati manusia dari ucapan para nabi terdahulu adalah: ‘Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah apa yang engkau kehendaki.'” (HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa rasa malu adalah sifat yang mencegah seseorang dari perbuatan buruk dan mendorongnya untuk melakukan perbuatan baik. Rasa malu yang benar bersumber dari iman dan pemahaman terhadap nilai-nilai agama.

Rasa malu memiliki banyak keutamaan dalam Islam, di antaranya:

Bagian dari Iman: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malu adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa rasa malu memiliki keterkaitan erat dengan keimanan seseorang.

Penyempurna Akhlak: Rasa malu mendorong seseorang untuk memiliki akhlak yang mulia. Orang yang memiliki rasa malu akan menjaga tutur kata, perbuatan, dan kehormatannya.

Menjauhkan dari Kemaksiatan: Rasa malu adalah benteng bagi seseorang agar tidak terjerumus dalam perbuatan dosa. Orang yang memiliki rasa malu akan merasa berat untuk melanggar aturan Allah.

Dicintai oleh Allah: Allah mencintai sifat rasa malu yang dimiliki hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Malu dan Maha Pemurah. Dia malu jika seorang hamba menadahkan tangan kepadanya lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Rasa malu adalah cerminan dari keimanan seseorang. Orang yang memiliki rasa malu menunjukkan bahwa ia sadar akan pengawasan Allah dan peduli terhadap aturan agama. Dalam konteks ini, rasa malu mencakup:

Malu kepada Allah: Menjaga diri dari melanggar perintah dan larangan-Nya karena merasa selalu diawasi oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu adalah menjaga kepala dan apa yang dikandungnya, menjaga perut dan apa yang dimuatnya, serta mengingat kematian dan musibah.” (HR. Tirmidzi)

Malu kepada Sesama Manusia: Berupaya menjaga hubungan baik dengan orang lain, tidak melakukan perbuatan yang merugikan atau mempermalukan diri sendiri maupun orang lain.

Malu kepada Diri Sendiri: Kesadaran pribadi untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai dan prinsip yang diyakini.

Rasa malu adalah sifat mulia yang menjadi bukti keimanan dan menjaga kehormatan diri. Dalam Islam, rasa malu tidak hanya terkait dengan hubungan manusia kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia dan dirinya sendiri. Dengan memelihara rasa malu, seorang muslim akan terdorong untuk selalu berbuat baik dan menjauhkan diri dari keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malu tidaklah datang kecuali dengan membawa kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

February 13, 2025

Populer