Mei 31, 2025 04:58

Islam Nusantara
May 28, 2025

Penulis :

Niam Rohman
Unit/jenjang SDIT

Tradisi Ziarah dan Penghormatan Leluhur dalam Islam Nusantara

Pendahuluan

Islam Nusantara adalah istilah yang merujuk pada corak keislaman yang berkembang di wilayah kepulauan Indonesia, yang berciri moderat, toleran, dan bersinergi dengan budaya lokal. Salah satu praktik budaya yang kuat dalam Islam Nusantara adalah tradisi ziarah dan penghormatan terhadap leluhur, terutama tokoh-tokoh agama seperti wali, ulama, dan sesepuh desa. Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan menjadi bagian penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Muslim di Indonesia, khususnya di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

1. Akar Budaya dan Religiusitas

Sebelum masuknya Islam, masyarakat Nusantara sudah memiliki tradisi menghormati arwah leluhur sebagai bagian dari sistem kepercayaan animistik dan Hindu-Buddha. Ketika Islam datang, tradisi ini tidak dihapus, tetapi diislamisasikan — diarahkan untuk memperkuat nilai-nilai tauhid, mengingat kematian (zikrul maut), dan mendoakan orang yang telah wafat.

2. Ziarah dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, ziarah kubur dianjurkan sebagai sarana untuk mengingat kematian dan akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda:

> “Dulu aku melarang kalian ziarah kubur, sekarang ziarahlah karena itu mengingatkan pada akhirat.”
(HR. Muslim)

 

Ziarah yang dilakukan dalam Islam Nusantara biasanya diiringi dengan pembacaan surat Yasin, tahlil, doa-doa, dan sedekah makanan. Hal ini menjadi bentuk penghormatan kepada orang tua, guru, dan wali, sekaligus mendoakan keselamatan mereka di akhirat.

3. Tradisi Lokal: Nyadran, Tahlilan, dan Haul

Nyadran: Tradisi membersihkan makam dan berdoa bersama menjelang bulan Ramadan atau hari-hari besar Islam. Umumnya dilakukan secara kolektif oleh warga desa sebagai bentuk gotong royong dan penghormatan terhadap leluhur.

Tahlilan: Pembacaan dzikir dan doa bersama yang biasanya dilakukan pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, hingga ke-100 setelah seseorang meninggal. Ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat ikatan sosial antarwarga.

Haul: Peringatan tahunan atas wafatnya seorang tokoh penting, seperti wali atau ulama. Tradisi ini banyak ditemukan di pesantren-pesantren dan makam wali songo, yang dihadiri ribuan peziarah.

 

4. Antara Budaya dan Syariah

Meskipun ada perbedaan pendapat dalam Islam mengenai ziarah kubur yang disertai ritual tertentu, ulama Nusantara — seperti dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) — menekankan bahwa selama praktik tersebut tidak mengandung unsur syirik atau menduakan Allah, maka ziarah tetap sah dan bermanfaat. Inti dari tradisi ini adalah doa, refleksi, dan pelestarian silaturahmi.

5. Fungsi Sosial dan Edukatif

Tradisi ziarah tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga fungsi sosial dan edukatif:

Mengenalkan sejarah Islam lokal kepada generasi muda, termasuk perjuangan para wali dan ulama dalam menyebarkan Islam.

Menguatkan identitas kultural masyarakat Muslim Indonesia yang menghargai leluhur dan nilai-nilai lokal.

Menumbuhkan semangat kebersamaan dan gotong royong dalam pelaksanaan tradisi ziarah dan haul.

 

Kesimpulan

Tradisi ziarah dan penghormatan terhadap leluhur dalam Islam Nusantara merupakan hasil dari akulturasi antara ajaran Islam dan budaya lokal yang telah berjalan secara harmonis selama berabad-abad. Tradisi ini bukan bentuk pengkultusan, melainkan bentuk penghormatan, refleksi spiritual, dan penghargaan terhadap jasa para pendahulu. Islam Nusantara menjadikan ziarah sebagai sarana memperkuat iman, menjaga hubungan sosial, serta melestarikan sejarah dan budaya Islam di Indonesia.

 

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

May 29, 2025

Populer