Kiat Menjadi Rujukan Masyarakat
Dalam kehidupan sosial, selalu ada sosok yang menjadi tempat bertanya, tempat mengadu, dan tempat mengambil teladan. Mereka bukan hanya dihargai karena pengetahuannya, tapi juga karena akhlaknya yang mulia dan kontribusinya nyata. Sosok seperti ini tidak muncul secara tiba-tiba. Mereka tumbuh dari proses panjang pembentukan karakter, ilmu, dan keteladanan.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Nilai seseorang tergantung pada apa yang ia kuasai.” Ini menunjukkan bahwa untuk menjadi rujukan masyarakat, seseorang harus membekali dirinya dengan ilmu dan kebijaksanaan. Namun, ilmu saja tidak cukup. Harus dibarengi dengan integritas dan keteladanan akhlak.
Langkah pertama adalah membangun konsistensi antara ucapan dan perbuatan. Ketika seseorang menunjukkan akhlak yang lurus, jujur, dan adil dalam berbagai situasi, maka ia akan dipercaya. Kepercayaan ini adalah modal utama untuk menjadi rujukan. Sebab, masyarakat tidak akan bertanya atau mencontoh kepada pribadi yang tidak dapat mereka yakini.
Langkah kedua, milikilah ilmu yang relevan dan terus berkembang. Di era informasi seperti sekarang, orang mencari rujukan bukan hanya yang tahu, tetapi yang memahami secara mendalam dan bisa menjelaskan dengan bijak. Oleh karena itu, penting untuk terus belajar, khususnya dalam bidang yang kita tekuni.
Selanjutnya, jadilah pribadi yang peduli dan terlibat dalam kehidupan masyarakat. Orang akan merujuk pada sosok yang hadir saat dibutuhkan, bukan hanya muncul saat ingin bicara. Kontribusi nyata, seperti membantu tetangga, aktif di kegiatan sosial, atau sekadar menjadi pendengar yang baik, membuat kita semakin dihormati.
Di sisi lain, bijaklah dalam berkata dan bersikap, baik di dunia nyata maupun digital. Media sosial hari ini adalah mimbar terbuka. Gunakan untuk menyebarkan inspirasi, bukan sensasi. Jangan takut untuk berkata “saya belum tahu” jika memang belum paham. Itu menunjukkan kejujuran, bukan kelemahan.
Dan yang terpenting, jangan pernah mengejar pujian. Niatkan setiap langkah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan masyarakat. Sebab, seperti kata Ali bin Abi Thalib, “Lakukan kebaikan tanpa berharap balasan, karena setiap amal akan kembali kepadamu.”
Menjadi rujukan bukan berarti menjadi sempurna. Tapi menjadi sosok yang berusaha terus memperbaiki diri, bermanfaat bagi orang lain, dan tetap rendah hati dalam kelebihan yang dimiliki. Itulah sejatinya nilai seorang pemimpin di tengah masyarakat.