Desember 19, 2025 16:46

REFLEKSI RAKER SEMESTER 2
December 19, 2025

Penulis :

MULYADI,S.Pd.I
Unit/jenjang YACT

Ada sebuah ungkapan yang sering kita dengar, disampaikan oleh Benazir Bhutto—Perdana Menteri wanita pertama Pakistan dan dunia Muslim:

“Kapal yang bersandar di pelabuhan akan tampak indah, megah, dan aman. Namun kapal tidak pernah diciptakan untuk bersandar selamanya. Kapal dirancang untuk mengarungi samudra, menghadapi gelombang, angin, badai, dan ketidakpastian, agar dapat mengantarkan penumpangnya sampai ke tujuan.”

Ungkapan ini terasa sangat relevan ketika kita menengok realitas lembaga pendidikan kita. Saat libur sekolah, gedung tampak rapi, tenang, nyaman, bahkan megah. Tidak ada hiruk-pikuk, tidak ada dinamika, tidak ada problematika yang terlihat di permukaan. Namun sejatinya, lembaga pendidikan—termasuk Al Uswah—tidak dibangun untuk berhenti di pelabuhan kenyamanan. Ia dibangun untuk terus bergerak, bertumbuh, dan memberi dampak. Meski harus menghadapi tantangan zaman, keterbatasan sumber daya, dan dinamika manusia di dalamnya. Maka pertanyaan kita hari ini bukan lagi “Apakah lembaga ini tampak baik?” melainkan:

Apakah lembaga ini terus bergerak menuju tujuannya?
Apakah sistem yang kita bangun cukup kuat untuk menghadapi tantangan?
Apakah sumber daya yang kita miliki mampu membuat kita tetap melaju, atau justru berhenti ketika rintangan mulai terasa?
Di sinilah peran kepemimpinan kepala sekolah dan para guru menjadi sangat menentukan. Agar kapal besar bernama lembaga Al Uswah ini terus bergerak, Ada satu istilah  pendekatan yang sederhana namun  bisa sangat berdampak yaitu  AIDA : Awareness (kesadaran), Interest (ketertarikan), Desire (keinginan), dan Action (tindakan nyata).

Awareness – Kesadaran

Langkah pertama adalah kesadaran. Kesadaran bahwa apa yang kita lakukan setiap hari di sekolah bukanlah pekerjaan biasa. Setiap kata yang kita ucapkan di kelas, setiap sikap yang kita contohkan, dan setiap keputusan yang kita ambil, akan membekas dalam diri anak-anak kita. Kita tidak hanya mengajar mata pelajaran, tetapi membentuk manusia. Kita tidak sekadar menyampaikan materi, tetapi menanam nilai keimanan, dan karakter aklaqul karimah . Kualitas sebuah lembaga sejatinya adalah cerminan dari kesadaran orang-orang di dalamnya: sadar akan peran, sadar akan amanah, dan sadar bahwa Allah ﷻ senantiasa menyertai setiap langkah pengabdian kita. Tanpa kesadaran ini, aktivitas pendidikan akan kehilangan ruhnya.

Interest – Ketertarikan

Setelah kesadaran tumbuh, langkah berikutnya adalah ketertarikan. Ketertarikan untuk terlibat, peduli, dan merasa memiliki lembaga ini sepenuh hati Sekolah bukan sekadar tempat bekerja, tetapi rumah perjuangan. Di sinilah kita bersama-sama membangun generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak. Program-program yang dibahas dalam raker  bukan beban tambahan, melainkan peluang untuk bertumbuh bersama—sebagai guru, pendidik, pemimpin, dan pribadi. Ketika rasa memiliki tumbuh, bekerja tidak lagi terasa sebagai kewajiban semata, tetapi berubah menjadi ladang amal sholih  dan sumber kebahagiaan.

Desire – Keinginan

Dari ketertarikan, kita melangkah lebih jauh menuju keinginan. Keinginan untuk menjadi guru yang bukan hanya hadir di kelas, tetapi hadir di hati siswa. Kita ingin dikenang bukan karena banyaknya tugas yang kita berikan, tetapi karena pengaruh baik yang kita tinggalkan. Kita ingin menjadi guru yang ilmunya bermanfaat, akhlaknya diteladani, dan doanya terus mengalir meskipun suatu hari kita telah meninggalkan ruang kelas.. keinginan yang ingin kita kuatkan bagaimana  menjadi pendidik yang berdampak, bermakna, dan bernilai ibadah di sisi Allah ﷻ.

Action – Tindakan Nyata

Namun kesadaran, ketertarikan, dan keinginan tidak akan bermakna apa-apa tanpa tindakan nyata. Demikian pula dengan berbagai perencanaan yang telah disusun, dievaluasi, dan dirumuskan dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL). Semua itu tidak akan memberi dampak apa pun jika berhenti pada dokumen dan wacana, tanpa diwujudkan dalam langkah konkret di lapangan.

Pada tahap action  menjadi sangat menentukan. Bukan sekadar bekerja keras, tetapi bekerja dengan arah yang jelas. Program yang baik membutuhkan cara pelaksanaan yang tepat, waktu yang disiplin, serta keberanian untuk mengeksekusi meskipun tidak selalu sempurna di awal. Tindakan nyata adalah jembatan antara rencana dan perubahan.

Tentu, semua program dan perencanaan tersebut tidak mungkin berjalan tanpa peran para guru dan kepala sekolah yang memiliki komitmen, konsistensi, dan kolaborasi. Komitmen membuat kita tetap melangkah meski lelah. Konsistensi menjaga kita agar tidak berhenti di tengah jalan. Sementara kolaborasi menjadikan beban yang berat terasa lebih ringan, yang sulit menjadi lebih mudah, dan yang besar menjadi mungkin untuk dicapai bersama.

 

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

December 19, 2025

Populer