NASEHAT MULIA UNTUK KAUM MUDA
Pokok pikiran Syekh Musthofa Al-Ghalayaini
dalam kitab “Idhotun Nasyi’in”
Secara seksama kitab ini mengandung motifasi berbobot tinggi, terkhusus bagi kita yang termasuk dalam dalam kategori anak usia muda. Dalam telaah perspektif psikologi secara umum usia muda adalah rentang usia antara 16-25 tahun, level ini termasuk kategori usia emas, yakni penentu tahapan perjalanan usia manusia pada level usia berikutnya sampai tutup usia. Barang siapa menanam pasti dia akan memanen, dan barangsiapa tidak menanam pasti kekosongan dan kehampaan akan selalu ada di hadapannya.
Beberapa point mendasar sekaligus menjadi amanat untuk kaum remaja dan muda yang termaktub dalam kitab idlotun Nasyi-in sebagai mutiara nasehat dan pengawal spiritual anak muda dapat kita ambil intisari beberapa poin sebagai berikut :
Revolusi moral.
Sebetulnya disaat umat terjangkit penyakit sosial mereka lebih membutuhkan perbaikan akhlak daripada orang sakit yang membutuhkan Dokter. Ketika seorang sakit maka keluarganya bergegas membawanya pada Dokter yang mereka percaya, namun anehnya disaat umat sedang terjangkit penyakit sosial mereka tidak segera mencari tenaga Ahli yang bisa menyembuhkan atau setidaknya meringankan penyakit sosial yang mereka derita. Hal ini terjadi karena dua faktor penyebab :
Pertama; adakalanya umat tidak mengerti akan penyakit yang dideritanya, mereka menganggap masih dalam kondisi baik dan sehat dari penyakit. Padahal penyakit yang mereka derita sudah sangat kronis dan hampir mematikan.
Kedua; adakalanya umat mengerti penyakit yang mereka derita namun mereka tidak percaya pada Ahli penyembuhan akhlak yang ada disekitar mereka atau mungkin mereka tidak tergugah untuk mencari Dokter Akhlak yg bisa mengobati. Umat banyak mengirim anak-anak mereka untuk masuk disekolahan kedokteran dengan harapan setelah lulus mampu mengobati tubuh yang sedang sakit. Namun mereka jarang ada yang mengirim anak-anak mereka untuk menimba pendidikan akhlak dan budi pekerti agar anak-anak mereka mampu mengobati kerusakan akhlak dan budi pekerti di masyarakatnya. Mereka lebih mengedepankan kepentingan materi dari pada kepentingan moral dan agama.
Sebagaimana penjelasan Syekh Al Ghalayaini yang artinya “umat sangat membutuhkan terhadap adanya revolusi moral untuk memperbaiki kondisi akhlaknya dan bangkit dari keterpurukan. Dan kalian semualah wahai para generasi muda yang digadang – gadang untuk menjadi Dokter yang bisa menyembuhkan penyakit akhlak itu. Dan ditangan kalian semua urusan umat akan diserahkan untuk melakukan revolusi pola pikir mereka dan menyebarkan akhlak yg mulia.
Ikhlas
Mustafa Al-ghalayaini menggambarkan amal perbuatan kita bagaikan tubuh, maka yang merupakan roh atau jiwa dalam tubuh itu adalah keikhlasan hati. Sebuah tubuh apabila telah ditinggalkan oleh rohnya, sedangkan kita tahu bahwa roh itulah yang menyebabkan hidup dan berharga nya tubuh, bahkan itulah sendi serta pengatur hidupnya, maka jelaslah tubuh itu hanya sebuah mayat atau sepotong bangkai yang tiada berarti sama sekali. Dalam kehidupan ini sukar sekali mendapatkan orang yang melakukan perbuatan dilandasi dengan sifat ikhlas. Mayoritas manusia berusaha dan berbuat sesuatu karena ingin memperoleh keuntungan yang berlipat ganda demi dirinya atau golongan sendiri. Usaha sosial yang semestinya dilaksanakan untuk menyerahkan umat manusia dan mengangkat taraf kehidupannya kearah yang lebih baik, malah diselewengkan menjadi lahan bisnis untuk mengeruk keuntungan yang luar biasa. Hal inilah yang oleh Mustafa Al-ghalayaini dianggap bukan suatu yang mulia, bukan keutamaan, bahkan bukan pula sesuatu yang patut dibanggakan. Sedangkan dipihak umatpun tidak memandangnya sebagai kemuliaan, tetapi kehinaan, kerendahan budi dan kemosrotan akhlak. Jiwa yang mulia adalah jiwa yang ikhlas dalam berjuang.
Sebagaimana penjelasan Syekh Musthofa yang artinya “Wahai generasi muda, jadilah engkau orang yang ikhlas dalam berjuang, engkau pasti meraih puncak cita-citamu. Waspadalah engkau, jangan sampai menjual atau menukar perjuanganmu dengan emas. Sebab hal yang demikian itu merupakan tabiat orang-orang munafik, yang bisa menukar agama dengan harta kemewahan dunia dan menukar kebenaran dengan kebatilan.
Tolong-Menolong
Kehidupan ini bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, tetapi semua manusia punya hak untuk mengambil manfaat dan menikmati segala sesuatu yang dibutuhkan dirinya. Karena pada dasarnya sebagai makhluk sosial kita diciptakan untuk berpasang-pasangan dan secara otomatis kita juga saling membutuhkan satu sama lain. Maka, hidup dengan kesendirian tidak akan dapat memecahkan masalah, kita butuh berbagi dan dialog dengan orang lain untuk menyelesaikannya.
Apabila semua anggota umat (masyarakat) itu mau gotong royong (tolong menolong), yang kuat menolong yang lemah, yang kaya mau meringankan beban penderitaan yang miskin, yang pandai mengajar yang bodoh dan mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri, maka dibalik itulah akan tercipta kebahagiaan karena kita diciptakan untuk saling tolong menolong Sebagaimana penjelasan yang Artinya “Wahai generasi muda, kita tidak diciptakan, kecuali agar kita saling tolong-menolong dalam memberantas kesengsaraan yang menimpa kita dan saling bahu membahu, baik dalam keadaan senang atau sengsara dan bekerja sama mengenyahkan penderitaan yang menimpa umat.
Dapat dipercaya
Apabila sifat kepercayaan tidak ada maka orang-orang dalam hidupnya akan gelisah dan penuh ketakutan, dan jauh dari kehidupan yang bahagia. Dalam nasehatnya al-Ghayalaini berkata agar membiasakan jujur dalam bertutur maupun beramal, agar mendapat kepercayaan dan hidup akan bahagia. Kepercayaan adalah modal utama dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan yang dibangun antar sesama merupakan tali pengikat hubungan sosial, ekonomi, dan politik yang kemudian dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa.
Sebagaiman penjelasan yang artinya “Wahai generasi muda, biasakan jujur (benar) dalam bertutur kata dan beramal. Paksakan dirimu memenuhi janji, kalian akan memperoleh kepercayaan dari masyarakat, maka kalian termasuk orang-orang yang bahagia. Hati-hatilah, jangan sampai kalian meremehkan kepercayaan, sebab dengan modal kepercayaan itulah kalian bisa hidup.
Kemewahan
Gaya hidup mewah cenderung menjadi orang jahat, karena kemewahan menjurus pada pemborosan dan pemborosan mengarah pada kerusakan. Orang yang suka kemewahan, ialah orang-orang yang lemah akalnya, lemah tubuhnya, lemah cita-citanya lemah cara berpikirnya. Mereka tidak mengerti arti arti hidup kecuali bersenang-senang mengikuti hawa nafsunya, orang yang suka hidup kemewahan biasanya enggan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi umat dan enggan berfikir untuk kemajuan negara. Kegemaran hidup mewah inilah yang menghilangkan perilaku mulia dan mewariskan perilaku yang hina, seharusnya kita bersikap tengah-tengah (tidak terlalu royal dan tidak terlalu hina) , agar kita tidak menjadi orang yang kikir. Sebagai pemuda harus waspada agar tidak tergoda dengan kesenangan atau kemewahan. Seperti penjelasan dibawah ini:
Artinya: Wahai generasi muda waspadalah kalian terhadap semua kesenangan dan kemewahan yang selalu menggoda hati kalian. Ibarat serigala yang siap menerkam tubuhmu. Janganlah berakhlak seperti akhlak orang-orang yang gemar hidup mewah dan foya-foya dan jangan pula bertingkah seperti orang-orang yang melampuhi batas, agar kalian tidak tercacat sebagai orang-orang yang telah jatuh.
Putus Asa
Keputusan membuat orang hidup laksana binatang. Dia tidak memahami arti kehidupan melainkan sebatas makan, minum, dan bersenang-senang. Putus asa adalah kematian dalam hidup dan kesengsaraan setelah mati. Putus asa adalah bencana yang yang menyengsarakan setelah mati, singkirkanlah sifat ini dan tegakkanlah kegairahan dan kesemangatan agar menjadi orang yang jaya dan bahagia.
Artinya: Wahai generasi muda, janganlah kalian semua menjadi orang-orang yang putus asa, pemalas dan keterbelakangan,
Bertindak tanpa Perhitungan
Kelicikan dalam pekerjaan menyebabkan kegagalan, sedangkan kecerobohan melakukan pekerjaan sebelum diperhitungkan secara mendalam merupakan ketidak berhasilan pula. Orang yang berakal adalah orang yang akan mempertimbangkan pekerjaannya sebelum ia menanganinya, agar tidak membawa hasil yang sia-sia. Kecerobohan (bekerja tanpa perhitungan) adalah suatu rahasia besar dari berbagai rahasia kegagalan dalam semua pekerjaan. Sebagaimana penjelasan sebagai berikut:
Artinya: Wahai generasi muda, hindarilah sikap ceroboh, sebab ia penyebab kegagalan. Jauhkanlah dirimu dari cara bekerja yang tidak disertai perhitungan cermat, sebab hal itu berakibat jatuh dan gagal.
Dengki atau Iri Hati
Dengki adalah bagian dari jiwa yang kerdil, lemah kemauan dan watak yang jahat, sempit akhlaknya tidak lapang dadanya dan kacau pikirannya. Apabila melihat orang mendapat nikmat atau mendapatkan kedudukan tinggi dikalangan masyarakat ia berharap agar kenikmatan yang diterima orang itu beralih kepada dirinya meskipun harus bersusah payah memperolehnya dari orang yang memiliki nikmat dan kedudukan tersebut. Sebagamana keterangan di bawah ini:
Artinya: wahai generasi muda, jauhilah sifat dengki, iri hati atau hasud, sebab dengki itu bagian dari akhlak orang-orang yang hina dan termasuk sifat orang-orang yang bodoh. Apabila engkau melihat orang yang menegakkan kebenaran, maka dukunglah dan mudahlakanlah jalannya. Apabila engkau melihat nikmat atau kesenanagan yang dilimpahkan Allah kepada salah seorang hambanya, maka berusahalah engkau agar bisa meraih nikmat seperti itu, dengan hati yang bersih dan pemikiran yang jernih. Dengan izin Allah kalian akan dapat mencapainya.
Dusta
Dusta dalam pembahasan ini bukan dalam perkataan tetapi duta dalam perbuatan, sebab wujud dan tidak wujud suatu perbuatan, sebenarnya hasil dari ucapan dusta atau benar. Kebenaran perbuatan itu merupakan hasil kerja orang-orang yang memiliki kemauan keras, banyak orang yang mempunyai kedudukan terpandang, atau jabatan yang tinggi sering mengatakan sesuatu yang mereka tidak diamalkan, jika dituntut mereka akan selalu mencari-cari alasan atau menghilang tidak menepati janjinya.
Artinya: Wahai generasi muda, hindarilah kebiasaan berdusta, sebab dusta itu menyebabkan retak (cacat) mahkota kemuliaan dan hindarilah ingkar janji, karena menyebabkan umat menjauhimu.
Hakikat Perempuan
Perempuan berbeda dengan laki-laki secara dhahirnya, namun perempuan memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki untuk menuntut ilmu. Berikut ini pandangan perempuan menurut Syeikh Musthofa al-Gholayini:
Artinya; “setiap perempuan yang adalah seorang bibi (yakni saudara perempuan dari ibu)”. Maksud dari kata diatas adalah bahwa setiap laki-laki harus memiliki rasa cemburu terhadap setiap perempuan sebagaimana terhadap istrinya sendiri. Dalam hal ini setiap perempuan diibaratkan sebagai saudara perempuan dari ibunya dalam jenis perempuannya . Dari rasa cemburu tersebut mengandung sebuah makna yang dalam, yang mengharuskan seorang laki-laki mempunyai kepedulian yang besar terhadap semua perempuan seperti menjaga, menghormati, melindungi dan memperhatikanya. Syeikh Musthofa Al-gholayini memberikan pengertian “perhatian” dengan kata “cemburu” bermaksud perhatian secara umum, yaitu tidak hanya menjaga, dan melindungi, tetapi juga menyangkut rasa kepedulian, termasuk kepedulian kepada kaum perempuan memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan. Ada beberapa hal yang dikaji oleh Syekh Musthofa Al-Ghayalaini tentang perempuan, diantaranya : Kesetaraan Pendidikan, Perempuan menurut Syeikh Musthofa berpendapat;
Artinya; “Keadaan perempuan dalam lingkungan masyarakat dan sampai saat ini pun masih berbeda-beda sekali tingkat serta penilaian umum terhadap mereka itu, juga berlainan corak anggapannya sesuai perkembangan zaman dan lingkungan “.
Generasi yang baik tersebut akan menciptakan masyarakat yang luhur. Karena pendidikan keluarga merupakan awal dari pergaulan bermasyarakat. Untuk membentuk rumah tangga yang baik tersebut, kerjasama antara laki-laki dengan perempuan harus tetap terjaga. Syeikh Musthofa Al-gholayini memberikan pengertian bahwa perempuan adalah tiang negara. Sebab maju atau runtuhnya sebuah negara tergantung dari kaum perempuan, karena perempuan merupakan awal dari pendidikan anak-anaknya. Dengan adanya kaum perempuan yang berpendidikan, maka akan menciptakan anak-anak yang berpendidikan pula. Begitu pula sebaliknya, kerusakan pendidikan perempuan akan berakibat rusaknya golongan masyarakat. Maka di akhir pembahasan Syekh Musthofa mengingatkan :
Artinya :”Maka merupakan kewajiban bagi kalian wahai generasi muda, disaat kalian berkeluarga untuk mendidik anak-anak perempuan kalian dengan pendidikan yang baik, maka niscaya bangsa ini akan bangkit dan umat akan meraih kemuliaan.
Mari kita serius belajar dan berkarya!! Allah bersama kita. amiin