September 20, 2024 16:00

Resolusi pasca Ramadhon
March 27, 2024

Penulis :

Achmad maulana
Unit/jenjang YACT

Alhamdulillahirobbil alamin, bulan Ramadhan telah usai dan hilal 1 Syawwal telah terlihat tepat pada ufuknya. Setelah sebulan penuh dengan berpuasa saatnya ummat muslim di seluruh penjuru negeri merayakan kemenangan atas dirinya. Ya kemenangan atas dirinya, karena telah meredam dan menjaga nafsunya selama sebulan penuh yang lalu, kemudian di ganjar oleh Allah SWT dengan hari raya idul fitri. Hari yang menggembirakan ini tidak terkait dengan peristiwa sejarah apa pun, tidak juga dirayakan dari perolehan duniawi. Idul Fitri adalah perayaan spiritual murni, Ini adalah hari untuk bersyukur kepada Allah (SWT) karena telah memberi umat muslim kekuatan, tekad, dan kesabaran untuk melewati bulan Ramadhan yang yang penuh Ampunan.

Puasa merupakan kegiatan yang mengharamkan segala yang dihalalkan dalam waktu tertentu, mengharuskan pelakunya menahan segala perbuatan yang dihalalkan sekalipun seperti makan dan minum. Lalu apa sebetulnya yang ingin di ajarkan pada kegiatan puasa ini? Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 183

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

 Dalam ayat ini Allah SWT menyeru hambanya yang (beriman), khusus yang beriman, kenapa? Karena puasa ini ibadah yang lumayan cukup berat bagi mereka yang imannya masih dalam perawatan” . Pasalnya puasa merupakan ibadah yang menahan nafsu dari segala perbuatan yang halal bahkan yang haram, bayangkan yang halal saja dilarang apalagi perbuatan yang haram, coba siapa yang mampu melaksanakan ibadah ini kecuali bagi mereka yang beriman. Kemudian pada akhir ayat diatas pula Allah SWT memberi kabar Pahala bagi mereka yang menjalankan seperti para (nabi dan orang-Orang sholeh) sebelum mereka menjalankan puasa, bukan berupa surga maupun neraka sebagai pahalanya, melainkan kata لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “semoga kalian bertaqwa” .

Lalu, adakah yang hilang setelah Ramadhan?

Yang hilang setelah Ramadhan adalah konsistensi kebaikan yang ditularkan selama ramadhan, masjid yang dulu penuh bershaf-shaf sudah tinggal hanya satu dua shaf yang ada, Al Qur’an yang siang malam selalu di baca kini kembali menjadi pelengkap lemari baca, nafsu yang dulu dijaga benar-benar kini sudah berani membuat onar. Pada hakikatnya adalah bulan Ramadhan adalah bulan training, bulan latihan untuk menjalani sebelas bulan yang akan datang, bagaimana tidak selama sebulan penuh kita digembleng untuk memanage hawa nafsu yang kita miliki. Apa sebenarnya yang kita cari dengan setelah menjaga hawa nafsu, sesuai dengan al Baqarah ayat 183 bahwa tujuan kita menahan hawa nafsu dengan berpuasa adalah semoga kita bertaqwa, dengan kita bertaqwa maka Jannah adalah sebagai tempat yang di janjikan Allah SWT, sebagaimana dalam (QS. Al iImran : 133)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

”Dan bersegeralah kamu mencari Ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan Surga yang luasnya langit dan bumi yang di sediakan bagi orang orang yang bertakwa”

  bahwa Jannah yang luasnya melebihi bumi dan langit itu disiapkan hanya untuk orang-orang yang bertaqwa. Lalu timbul pertanyaan bagaiman cara menjaga konsistensi agar tingkat ketakwaan kita tetap terjaga? Ada beberapa yang perlu kita pertahankan setelah melaksanakan Aktifitas DiBulan Ramadhan ini.

1.      Mematenkan yang Wajib

Terhadap hal yang wajib bukan hanya sebatas dalam pelaksanaan ibadah wajib seperti sholat dan lain sebagainya, sudah barang tentu ibadah wajib harus dilakukan dan masuk dalam skala prioritas di sini, karena jika tidak dilakukan maka akan berdosa serta iman dan taqwa malah menurun. Melainkan kegiatan kegiatan positif yang sekiranya akan menjadikan kualitas pribadi ini meningkat, sperti berbuat baik kepada seluruh manusia, bersedekah, membantu yang tidak mampu dan lain sebagainya. Tidak mungkin iman dapat meningkat tanpa melaksanakan ibadah yang diwajibkan di dalam Islam secara rutin.

2.      Menghidupkan yang Sunnah

Kedudukan sunnah setingkat dibawah wajib, secara istilah sunnah adalah kegiatan amaliah yang jika dikerjakan mendapatkan keberuntungan pahala dan jika ditinggalkan maka merugi. Sangat amat banyak sunnah sunnah nabi Muhammad SAW yang tercatat dalam hadist-hadist, mulai dari bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur dan memejamkan mata untuk tertidur. Mulai dari cara menyapa hingga menegur dalam kebaikan, mulai dari ibadah yang sifatnya nawafil (sunnah tambahan) hingga kepada muamalah dan siyasah. Dengan menghidupkan yang sunnah ini, insya allah iman kita tetap terjaga.

3.      Memilah yang Mubah

Kegiatan perkara yang mubah atau dibolehkan sudah harus mulai di pilah-pilah, meskipun perkara tersebut berkedudukan hukum di perbolehkan setidaknya kita lebih tahu mana yang lebih membawa kebermanfaatan bagi kita dan sekeliling kita. Seperti pada bulan Ramadhan yang selalu meninggalkan kegiatan yang tiada guna, maka ketika dibulan Ramadhan adalah menu latihan, maka di bulan selanjutnya adalah sudah harus mempraktikan apa yang dilatih selama bulan Ramadhan. Maka dengan demikian akan terbiasa kegiatan kegiatan mubah yang berorientasikan kebermanfaatannya lebih besa ketimbang kegiatan mubah yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Sehingga dengan demikian atau merangsang kondisi terus menanjak naik.

4.       Meminimalisir yang Makruh

Makruh adalah merugikan jika kegiatannya dilakukan, tidak mungkin iman dan ketaqwaan seseorang itu bertambah sedangkan ia berbuat perbuatan yang tak bermanfaat bahkan merugikan. Meskipun ia melakukanya berarti iman dan ketaatannya sedang dalam ambang penurunan.

5.       Menghentikan yang Haram

Tidaklah beriman seseorang ketika ia bermaksiat, jika ini terus-menerus dilakukan maka tinggal menunggu waktu bahwa ia akan terjerumus dalam kehancuran. Maka hatinya akan mati, dan hidayah pun akan sulit untuk masuk ke dalam jiwanya, sehingga iman dan ketaatannya sudah ambang level terendah. Sudah tidak takut lagi akan adanya konsep reward and punishment Allah SWT. Tidak hanya dalam hal ibadah saja, dalam dunia sehari hari pun segala kegiatan yang di haramkan seperti penyelewengan anggaran, laporan yang manipulative dan sebagainya, ia lupa bahwa ganjaran Allah tidak hanya berada pada saat Ramadhan saja.

Dari kelima perkara hukum diatas, merupakan konklusi dari keseharian yang kita jalani. Bulan Ramadhan, Allah berikan untuk kita berlatih untuk mencapai keimanan dan ketaqwaan serta ketaan dalam level pencapaian tertinggi, tinggal bagaimana meneruskan agar tetap Istiqomah berada di level yang setara setelah bulan Ramadhan usai. Maka dari itu kita harus punya konsep skala prioritas dengan balutan hukum islami, sebagai monitoring agar keimanan kita tetap terjaga. Semoga kita menjadi sebagai pemenang dan menjadi pilihan hambanya yang bertaqwa pada QS Al Baqarah : 183.Dan perlu diingat, dalam riwayat hadis Bukhari & Muslim bahwa “amal (ibadah) yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah amal yang paling terus menerus dikerjakan meskipun sedikit” semoga kita semua tetap Istiqomah dalam melaksanakan aktifitas aktifitas kebaikan kepada Allah SWT

TAGS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Terkini

September 20, 2024

Populer