Dalam ajaran Islam, persaudaraan atau ukhuwah merupakan salah satu nilai yang sangat ditekankan. Islam mengajarkan umatnya untuk saling mengasihi, tolong-menolong, dan menjaga hubungan yang baik antar sesama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dalam umat yang lebih luas. Namun, dalam realitas kehidupan sehari-hari, banyak masalah yang muncul akibat sikap egois individu yang merusak tali persaudaraan ini. Sifat egois, yang lebih mengedepankan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain, bisa menghancurkan keharmonisan dan kerukunan dalam kehidupan beragama.
1. Egoisme dalam Pandangan Islam
Egoisme, dalam konteks Islam, merujuk pada sikap yang hanya mengutamakan keinginan, kepentingan, dan kebahagiaan diri sendiri tanpa mempedulikan hak-hak orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan umat-Nya untuk selalu menundukkan nafsu dan tidak mengikuti dorongan keinginan pribadi yang bersifat merugikan orang lain. Dalam Surah Al-Hashr ayat 9, Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang telah menempati negeri itu (Madinah) dan beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tidak merasa dalam hati mereka sedikit pun dari apa yang diberikan kepada mereka. Dan mereka lebih mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam kesulitan.”
Ayat ini menggambarkan betapa pentingnya sikap saling mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri, yang merupakan inti dari ukhuwah Islamiyah. Sebaliknya, ketika egoisme mendominasi, hubungan persaudaraan akan terganggu dan bisa merusak keharmonisan yang seharusnya terjalin.
2. Dampak Sifat Egois terhadap Persaudaraan Islam
Sifat egois dapat merusak persaudaraan dalam berbagai bentuk, antara lain:
Pemisahan Sosial: Ketika seseorang terlalu fokus pada dirinya sendiri dan kepentingannya, ia akan cenderung mengabaikan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Hal ini dapat memunculkan rasa iri hati, permusuhan, dan bahkan perpecahan dalam kelompok atau komunitas. Ukhuwah yang seharusnya saling mendukung berubah menjadi persaingan dan ketegangan.
Menghalangi Kerjasama: Dalam Islam, kerjasama dalam kebaikan (ta’awun) sangat dianjurkan. Namun, sikap egois sering kali menghambat terjalinnya kerjasama ini. Orang yang egois akan enggan berbagi atau membantu orang lain, bahkan mungkin merasa tersaingi jika orang lain mendapatkan manfaat lebih. Hal ini menyebabkan terhambatnya amal kebaikan yang dapat mempererat hubungan antar sesama.
Merusak Kepercayaan: Sifat egois juga dapat merusak kepercayaan antar individu dalam komunitas. Ketika seseorang hanya mementingkan dirinya sendiri, ia mungkin akan melakukan tindakan yang merugikan orang lain demi keuntungan pribadi, yang pada akhirnya akan mengurangi rasa saling percaya di antara sesama Muslim.
Kebencian dan Permusuhan: Egoisme juga bisa menjadi akar dari kebencian. Ketika seseorang merasa tidak dihargai atau diperlakukan tidak adil karena ulah orang lain yang egois, rasa sakit hati dan kekecewaan pun muncul. Jika dibiarkan, hal ini dapat berujung pada permusuhan yang menghancurkan hubungan baik antar sesama Muslim.
3. Mengatasi Sifat Egois untuk Memperkuat Ukhuwah
Untuk menjaga dan memperkuat tali persaudaraan dalam Islam, setiap individu perlu menumbuhkan sikap yang berlawanan dengan egoisme, seperti empati, kerendahan hati, dan kesediaan untuk berkorban demi kepentingan orang lain. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi sifat egois antara lain:
Mengutamakan Kepentingan Orang Lain: Islam mengajarkan bahwa kita seharusnya lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Dalam Surah Al-Hashr ayat 9 yang telah disebutkan, Allah memberikan teladan bagaimana para sahabat Rasulullah SAW lebih mengutamakan orang lain meski mereka sendiri membutuhkan. Sikap ini harus terus dipupuk dalam kehidupan sehari-hari.
Sabar dan Ikhlas: Dalam menghadapi segala kesulitan, sikap sabar dan ikhlas menjadi kunci untuk menghindari egoisme. Orang yang sabar akan mampu menahan diri dan tidak mudah terprovokasi untuk hanya memikirkan kepentingan pribadinya.
Berbagi dan Tolong-menolong: Rasulullah SAW mengajarkan untuk selalu berbagi dengan sesama, baik itu dalam bentuk harta, waktu, ataupun tenaga. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berfikir Kolektif: Ukhuwah Islamiyah mengajarkan umat Islam untuk berpikir dalam konteks kolektif, yaitu memikirkan kesejahteraan umat secara keseluruhan, bukan hanya individu atau kelompok tertentu. Ketika kita menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi, kita akan menjaga kesatuan dan persatuan dalam Islam.