HADITS ARBAIN NAWAWI
CERAMAH AGAMA ISLAM TENTANG HADITS ARBAIN KE 2 – PENGERTIAN ISLAM, IMAN DAN IHSAN
Kajian kali ini membahas hadits arbain ke 2. Yaitu hadits tentang Islam, iman dan ihsan yang juga diriwayatkan oleh ‘‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu. Dalam hadits ini beliau mengatakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Baca Juga:
Jenis Sedekah dan Hadits Tentang Sedekah
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]
Baca Juga:
Syafaat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Pada Hari Kiamat
RUKUN ISLAM
Pertama, bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Ada banyak Tuhan, tapi yang berhak disembah hanya Allah subhanahu wa ta’ala saja. Juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan untusanNya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan Tuhan, bukan anak Tuhan. Maka tidak boleh diberikan hak-hak ketuhanan dan pada saat yang sama dia adalah Rasulullah. Dia manusia tapi bukan manusia biasa. Dia adalah manusia pilihan. Dimana orang-orang yang hidup setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib untuk mengikuti beliau. Maka ajaran beliau universal, tidak hanya untuk orang arab. Tapi semua jin dan manusia yang hidup setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib mengimani bahwa beliau adalah Rasulullah.
Inilah keyakinan yang ideal yang diajarkan oleh Islam. Tidak merendahkan dan tidak juga menuhankan. Beliau adalah hamba, maka jangna dikultuskan, jangan dipertuhankan. Beliau juga Rasul, maka jangan dihinakan dan direndahkan.
Dari rukun yang pertama ini bisa kita simpulkan tentang syarat diterimanya amal kita. Amal kita tidak diterima kecuali dengan ikhlas memberikan ibadah kita hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala saja, ini kembali kepada syahadat yang pertama. Kedua adalah bahwasannya kita harus menjalankan ibadah itu sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini kembali kepada syahadat yang kedua.
Baca Juga:
Mengajarkan Ihsan Kepada Anak
Kedua, menegakkan shalat. Terutama shalat lima waktu yang wajib bagi setiap muslim. Seorang muslim tidak boleh meninggalkannya. Karena jika ditinggalkan akibatnya fatal. Sebagian ulama berpendapat bahwasannya meninggalkan shalat akan mengeluarkan pelakunya dari Islam. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Syaqiq radhiyallahu ‘anhu, “Kami para sahabat tidak melihat ada suatu amalan yang jika ditinggalkan membuat pelakunya kafir kecuali shalat.” Maka berdasarkan hal ini dan juga dalil-dalil yang lain, sebagian dari ulama berpendapat bahwasannya meninggalkan shalat adalah kafir.
Ketiga, menunaikan zakat. Bagi yang mampu, hendaknya tidak menunda-nunda dan tidak lari dari kewajiban membayar zakat. Karena itu adalah salah satu kewajiban dan bahwa rukun Islam. Meninggalkannya juga adalah sesuatu yang sangat fatal dalam agama kita.
Keempat, menjalankan puasa ramadhan. Puasa ramadhan wajib bagi semuanya yang mampu untuk menjalankannya.
Kelima, haji jika mampu datang ke Baitullah.
Amalan Islam sangat banyak, tapi yang lima ini adalah yang paling penting. Lima amalan ini merupakan pondasinya yang kalau satu saja hilang, maka hal yang sangat fatal terjadi pada keislaman seseorang. Maka handaknya kita menjadikan kajian ini sebagai pengingat. Jika ada diantara kita yang belum menyelesaikan lima rukun ini hendaknya berusaha untuk menyelesaikannya. Terutama kewajiban-kewajiban yang wajib atas semua orang seperti syahadat, shalat dan puasa. Adapun syahadat dan haji, jika Allah subhanahu wa ta’ala menguji kita dengan kemudahan dalam urusan dunia sehingga kita menjadi orang yang wajib zakat atau wajib haji, maka hendaknya kita juga segera menjalankannya.
Baca Juga:
Mengapa Anak Berbohong?
Dalam potongan hadits yang awal ini, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan Islam dengan amalan-amalan yang lahir. Hal ini karena Islam memang ditafsirkan dengan amalan-amalan lahir. Adapun amalan-amalan yang batin seperti aqidah, dirangkum dalam rukun iman.
RUKUN IMAN
Ketika ditanya tentang iman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawabnya dengan perkara-perkara batin atau amalan-amalan hati. Yaitu:
Pertama, beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Yakni beriman bahwa Allah ada, Allah yang menciptakan kita, menciptakan dan mengatur seluruh jagad raya, memberikan kita rezeki, menghidupkan dan mematikan kita. Kemudian karena Allah yang menghidupkan dan mematikan kita, maka tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Dia. Dan kita juga wajib untuk menetapkan bahwa seluruh nama-nama yang sudah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini semua bagian dari beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Tidak boleh bagi seorang muslim untuk memberikan ibadah dalam bentuk apapun kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak boleh bagi seorang mukmin menyembelih untuk selain Allah, atau meminta kesembuhan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, bersumpah dengan nama selain Allah subhanahu wa ta’ala, ini semua bentuk pengingkaran dan penentangan kepada keimanan yang sudah kita ikrarkan. Bahkan orang-orang Quraisy dahulu mengimani bahwa Tuhan mereka adalah Allah, yang menciptakan mereka adalah Allah, yang memberikan rezeki adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ketika mereka menyembah selain Allah subhanahu wa ta’ala, mereka tetap meyakini sesembahan mereka sebagai Tuhan dibawah Allah subhanahu wa ta’ala. Karenanya mereka disebut sebagai kaum Jahiliyah. Mereka tahu bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang tidak bisa memberikan manfaat atau memberikan bahaya, tapi mereka tetap menyembahnya.
Baca Juga:
Diharamkannya Ghibah dan Perintah untuk Menjaga Lisan
Maka kalau ada orang yang mengaku muslim namun masih menyembah selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bersumpah dengan nama selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka apa bedanya mereka dengan orang-orang Musyrikin pada zaman Jahiliyah.
Kedua, beriman kepada malaikat-malaikat Allah subhanahu wa ta’ala. Mengimani bahwasannya Allah memiliki malaikat-malaikat. Mereka adalah hamba-hambaNya yang tidak pernah berbuat maksiat. Mereka mentaati seluruh yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak pernah membangkang. Kemudian mengimani juga berbagai sifat dan keterangan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tentang mereka. Yakni mereka terbuat dari cahaya, bentuk fisik mereka memiliki sayap-sayap, diberikan kemampuan untuk merubah wujud kita.
Kita mengimani keberadaan mereka secara global. Kemudian jika ada keterangan dari Allah subhanahu wa ta’ala atau dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka, kita juga wajib untuk mengimani dan itu menjadi bagian dari iman kepada hal ghaib. Sebagaimana iman kita kepada Allah merupakan iman kepada yang ghaib. Dan beriman kepada hal-hal yang ghaib adalah sifat orang-orang yang bertakwa.
Ketiga, beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan kitab-kitab sebagai pedoman bagi hamba-hambaNya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman, disana ada kebahagiaan mereka. Kita mengimani hal tersebut secara global dan juga mengimani keterangan-keterangan tentang kitab-kitab yang dijelaskan secara lebih terperinci seperti Al-Qur’an, Taurat, Zabur, Injil, atau juga suhuf Nabi Musa dan Nabi Ibrahim.
HADITS ARBAIN NAWAWI
Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan
Beranda Download Kajian Ustadz Anas Burhanuddin Hadits Arbain Nawawi Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan
Terakhir diperbaharui: Senin, 15 Februari 2021 pukul 8:03 am
Tautan: https://rodja.id/256
Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi rahimahullahu ta’ala. Kajian ini disampaikan pada 29 Muharram 1440 H / 09 Oktober 2018 M.
STATUS PROGRAM KAJIAN KITAB HADITS ARBAIN NAWAWI
Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 – 18:00 WIB.
Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat
CERAMAH AGAMA ISLAM TENTANG HADITS ARBAIN KE 2 – PENGERTIAN ISLAM, IMAN DAN IHSAN
Kajian kali ini membahas hadits arbain ke 2. Yaitu hadits tentang Islam, iman dan ihsan yang juga diriwayatkan oleh ‘‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu. Dalam hadits ini beliau mengatakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]
RUKUN ISLAM
Pertama, bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Ada banyak Tuhan, tapi yang berhak disembah hanya Allah subhanahu wa ta’ala saja. Juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan untusanNya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan Tuhan, bukan anak Tuhan. Maka tidak boleh diberikan hak-hak ketuhanan dan pada saat yang sama dia adalah Rasulullah. Dia manusia tapi bukan manusia biasa. Dia adalah manusia pilihan. Dimana orang-orang yang hidup setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib untuk mengikuti beliau. Maka ajaran beliau universal, tidak hanya untuk orang arab. Tapi semua jin dan manusia yang hidup setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib mengimani bahwa beliau adalah Rasulullah.
Inilah keyakinan yang ideal yang diajarkan oleh Islam. Tidak merendahkan dan tidak juga menuhankan. Beliau adalah hamba, maka jangna dikultuskan, jangan dipertuhankan. Beliau juga Rasul, maka jangan dihinakan dan direndahkan.
Dari rukun yang pertama ini bisa kita simpulkan tentang syarat diterimanya amal kita. Amal kita tidak diterima kecuali dengan ikhlas memberikan ibadah kita hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala saja, ini kembali kepada syahadat yang pertama. Kedua adalah bahwasannya kita harus menjalankan ibadah itu sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini kembali kepada syahadat yang kedua.
Kedua, menegakkan shalat. Terutama shalat lima waktu yang wajib bagi setiap muslim. Seorang muslim tidak boleh meninggalkannya. Karena jika ditinggalkan akibatnya fatal. Sebagian ulama berpendapat bahwasannya meninggalkan shalat akan mengeluarkan pelakunya dari Islam. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Syaqiq radhiyallahu ‘anhu, “Kami para sahabat tidak melihat ada suatu amalan yang jika ditinggalkan membuat pelakunya kafir kecuali shalat.” Maka berdasarkan hal ini dan juga dalil-dalil yang lain, sebagian dari ulama berpendapat bahwasannya meninggalkan shalat adalah kafir.
Ketiga, menunaikan zakat. Bagi yang mampu, hendaknya tidak menunda-nunda dan tidak lari dari kewajiban membayar zakat. Karena itu adalah salah satu kewajiban dan bahwa rukun Islam. Meninggalkannya juga adalah sesuatu yang sangat fatal dalam agama kita.
Keempat, menjalankan puasa ramadhan. Puasa ramadhan wajib bagi semuanya yang mampu untuk menjalankannya.
Kelima, haji jika mampu datang ke Baitullah.
Amalan Islam sangat banyak, tapi yang lima ini adalah yang paling penting. Lima amalan ini merupakan pondasinya yang kalau satu saja hilang, maka hal yang sangat fatal terjadi pada keislaman seseorang. Maka handaknya kita menjadikan kajian ini sebagai pengingat. Jika ada diantara kita yang belum menyelesaikan lima rukun ini hendaknya berusaha untuk menyelesaikannya. Terutama kewajiban-kewajiban yang wajib atas semua orang seperti syahadat, shalat dan puasa. Adapun syahadat dan haji, jika Allah subhanahu wa ta’ala menguji kita dengan kemudahan dalam urusan dunia sehingga kita menjadi orang yang wajib zakat atau wajib haji, maka hendaknya kita juga segera menjalankannya.
Dalam potongan hadits yang awal ini, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan Islam dengan amalan-amalan yang lahir. Hal ini karena Islam memang ditafsirkan dengan amalan-amalan lahir. Adapun amalan-amalan yang batin seperti aqidah, dirangkum dalam rukun iman.
RUKUN IMAN
Ketika ditanya tentang iman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawabnya dengan perkara-perkara batin atau amalan-amalan hati. Yaitu:
Pertama, beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Yakni beriman bahwa Allah ada, Allah yang menciptakan kita, menciptakan dan mengatur seluruh jagad raya, memberikan kita rezeki, menghidupkan dan mematikan kita. Kemudian karena Allah yang menghidupkan dan mematikan kita, maka tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Dia. Dan kita juga wajib untuk menetapkan bahwa seluruh nama-nama yang sudah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini semua bagian dari beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Tidak boleh bagi seorang muslim untuk memberikan ibadah dalam bentuk apapun kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak boleh bagi seorang mukmin menyembelih untuk selain Allah, atau meminta kesembuhan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, bersumpah dengan nama selain Allah subhanahu wa ta’ala, ini semua bentuk pengingkaran dan penentangan kepada keimanan yang sudah kita ikrarkan. Bahkan orang-orang Quraisy dahulu mengimani bahwa Tuhan mereka adalah Allah, yang menciptakan mereka adalah Allah, yang memberikan rezeki adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ketika mereka menyembah selain Allah subhanahu wa ta’ala, mereka tetap meyakini sesembahan mereka sebagai Tuhan dibawah Allah subhanahu wa ta’ala. Karenanya mereka disebut sebagai kaum Jahiliyah. Mereka tahu bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang tidak bisa memberikan manfaat atau memberikan bahaya, tapi mereka tetap menyembahnya.
Maka kalau ada orang yang mengaku muslim namun masih menyembah selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bersumpah dengan nama selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka apa bedanya mereka dengan orang-orang Musyrikin pada zaman Jahiliyah.
Kedua, beriman kepada malaikat-malaikat Allah subhanahu wa ta’ala. Mengimani bahwasannya Allah memiliki malaikat-malaikat. Mereka adalah hamba-hambaNya yang tidak pernah berbuat maksiat. Mereka mentaati seluruh yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak pernah membangkang. Kemudian mengimani juga berbagai sifat dan keterangan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tentang mereka. Yakni mereka terbuat dari cahaya, bentuk fisik mereka memiliki sayap-sayap, diberikan kemampuan untuk merubah wujud kita.
Kita mengimani keberadaan mereka secara global. Kemudian jika ada keterangan dari Allah subhanahu wa ta’ala atau dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka, kita juga wajib untuk mengimani dan itu menjadi bagian dari iman kepada hal ghaib. Sebagaimana iman kita kepada Allah merupakan iman kepada yang ghaib. Dan beriman kepada hal-hal yang ghaib adalah sifat orang-orang yang bertakwa.
Ketiga, beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan kitab-kitab sebagai pedoman bagi hamba-hambaNya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman, disana ada kebahagiaan mereka. Kita mengimani hal tersebut secara global dan juga mengimani keterangan-keterangan tentang kitab-kitab yang dijelaskan secara lebih terperinci seperti Al-Qur’an, Taurat, Zabur, Injil, atau juga suhuf Nabi Musa dan Nabi Ibrahim.