Masih terngiang ucapan anak-anak Palestina ketika di tanya oleh seseorang,”Apakah kalian takut saat bom dan rudal Israel menghancurkan rumah kalian?” Mereka menjawab,”Tidak ada yang kami takuti selain Allah, dan kami tidak peduli apa yang menimpa kami, yang terpenting saudara-saudara kami selamat.”MasyaAllah.
Tentu hal tersebut menjadi cambukkan bagi kita orang tua, bagi kita pendidik, anak-anak Palestina itu telah memberikan pelajaran yang luar biasa, betapa keimanan mereka begitu kuat, menjadikan mereka generasi yang tangguh. Dan hal ini menjadi PR besar bagi kita untuk bisa menanamkan pelajaran ini kepada anak-anak kita.
Sudah menjadi rahasia umum, saat ini generasi kita digempur dengan arus liberalisasi (kebebasan). Mereka berbuat sesuka hati tanpa memperhatikan lagi rambu-rambu Islam. hingga lahirlah generasi strawberry. Diluar Nampak indah, namun di dalam sangat rapuh. Gambaran generasi yang mudah emosi, rentan depresi, dan berujung bunuh diri.
Tentu para orang tua dan pendidik harus berupaya agar generasi hari ini bisa menjadi generasi yang tangguh bukan generasi yang rapuh. Lalu upaya apa yang bias kita lakukan?
Pertama, dzikrullah (megingat Allah). Hal ini merupakan pondasi utama yang harus kita tanamkan pada diri kita maupun anak-anak agar kita senantiasa untuk mengingat Allah dalam segala kondisi. Karena manusia adakalanya jatuh, maka dengan mengingat Allah ia akan sadar bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah Swt. dan ketika dilanda ujian maka kita bisa tegar dan tenang dalam menghadapinya.
Kedua, ikhtiar (berusaha). Semisal : kita menginginkan badan yang sehat, maka perlu usaha untuk memaksimalkan, misalnya dengan berolahraga, makan yang bergizi dan sebagainya. Jika telah melakukan ikhtiar tapi masih jatuh sakit, maka kembali lagi bahwa itu adalah qadarullah. Kita ambil hikmahnya bahwa Allah hendak menggugurkan dosa-dosa kita. Selalu berbaik sangkalah kepada Allah agar hati menjadi tenang.
Ketiga, taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), selain badan yang perlu dijaga kesehatannya, hati dan pikiran pun perlu dijaga kewarasannya. Sehingga jauh dari emosi dan depresi bahkan sampai bunuh diri, Na’udzubillah min dzalik. Maka mendekatkan diri kepada Allah adalah hal yang sangat penting. Seperti melaksanakan shalat malam, berdoa disepertiga malam, membaca dan mentadabburi al-Qur’an dan ibadah wajib serta sunnah lainnya.
Keempat, thalabul ilmi (menuntut ilmu). Dalam menjalani hidup kita butuh bekal ilmu agar saat diberikan ujian kita mampu melewatinya dengan sabar dan paham solusi yang akan dilakukan untuk melewati cobaan. Maka jangan pernah tinggalkan majelis ilmu, InsyaAllah dengan ilmu kita akan terjaga dunia dan akhirat.
Kelima, berkumpul dengan orang-orang shalih. Ketika menjalani hidup, manusia tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, pasti butuh bantuan orang lain. Di sinilah pentingnya kita bersahabat dengan orang-orang shalih, orang
Masih terngiang ucapan anak-anak Palestina ketika di tanya oleh seseorang,”Apakah kalian takut saat bom dan rudal Israel menghancurkan rumah kalian?” Mereka menjawab,”Tidak ada yang kami takuti selain Allah, dan kami tidak peduli apa yang menimpa kami, yang terpenting saudara-saudara kami selamat.”MasyaAllah.
Tentu hal tersebut menjadi cambukkan bagi kita orang tua, bagi kita pendidik, anak-anak Palestina itu telah memberikan pelajaran yang luar biasa, betapa keimanan mereka begitu kuat, menjadikan mereka generasi yang tangguh. Dan hal ini menjadi PR besar bagi kita untuk bisa menanamkan pelajaran ini kepada anak-anak kita.
Sudah menjadi rahasia umum, saat ini generasi kita digempur dengan arus liberalisasi (kebebasan). Mereka berbuat sesuka hati tanpa memperhatikan lagi rambu-rambu Islam. hingga lahirlah generasi strawberry. Diluar Nampak indah, namun di dalam sangat rapuh. Gambaran generasi yang mudah emosi, rentan depresi, dan berujung bunuh diri.
Tentu para orang tua dan pendidik harus berupaya agar generasi hari ini bisa menjadi generasi yang tangguh bukan generasi yang rapuh. Lalu upaya apa yang bias kita lakukan?
Pertama, dzikrullah (megingat Allah). Hal ini merupakan pondasi utama yang harus kita tanamkan pada diri kita maupun anak-anak agar kita senantiasa untuk mengingat Allah dalam segala kondisi. Karena manusia adakalanya jatuh, maka dengan mengingat Allah ia akan sadar bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah Swt. dan ketika dilanda ujian maka kita bisa tegar dan tenang dalam menghadapinya.
Kedua, ikhtiar (berusaha). Semisal : kita menginginkan badan yang sehat, maka perlu usaha untuk memaksimalkan, misalnya dengan berolahraga, makan yang bergizi dan sebagainya. Jika telah melakukan ikhtiar tapi masih jatuh sakit, maka kembali lagi bahwa itu adalah qadarullah. Kita ambil hikmahnya bahwa Allah hendak menggugurkan dosa-dosa kita. Selalu berbaik sangkalah kepada Allah agar hati menjadi tenang.
Ketiga, taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), selain badan yang perlu dijaga kesehatannya, hati dan pikiran pun perlu dijaga kewarasannya. Sehingga jauh dari emosi dan depresi bahkan sampai bunuh diri, Na’udzubillah min dzalik. Maka mendekatkan diri kepada Allah adalah hal yang sangat penting. Seperti melaksanakan shalat malam, berdoa disepertiga malam, membaca dan mentadabburi al-Qur’an dan ibadah wajib serta sunnah lainnya.
Keempat, thalabul ilmi (menuntut ilmu). Dalam menjalani hidup kita butuh bekal ilmu agar saat diberikan ujian kita mampu melewatinya dengan sabar dan paham solusi yang akan dilakukan untuk melewati cobaan. Maka jangan pernah tinggalkan majelis ilmu, InsyaAllah dengan ilmu kita akan terjaga dunia dan akhirat.
Kelima, berkumpul dengan orang-orang shalih. Ketika menjalani hidup, manusia tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, pasti butuh bantuan orang lain. Di sinilah pentingnya kita bersahabat dengan orang-orang shalih, orang yang takut kepada Allah. Karena merekalah yang kelak meluruskan kita ketika kita salah, serta menjadi penyemangat kita disaat rapuh dan tentunya bisa memberi syafa’at di hari akhir kelak.
Semua ini tentu dibarengi dengan support system dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar
Wallahu’Allam bi shahwab
yang takut kepada Allah. Karena merekalah yang kelak meluruskan kita ketika kita salah, serta menjadi penyemangat kita disaat rapuh dan tentunya bisa memberi syafa’at di hari akhir kelak.
Semua ini tentu dibarengi dengan support system dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar
Wallahu’Allam bi shahwab