Stop Mager!!!
Oleh : Faizah Nuril Jannah,S.Pd.I,Gr.
(Ustazah SDIT Al Uswah Tuban)
Generasi muda adalah aset masa depan. Merekalah yang akan meneruskan estafet perjuangan. Mempersiapkan dan mendampingi mereka menjadi sebuah keharusan. Mereka tak boleh kita biarkan dengan kondisi lemah karena tantangan di masa depan mereka tentu akan jauh lebih berat. Kita tidak selamanya hidup di dunia. Kita tidak selamanya bisa mendampingi anak-anak kita, generasi ini. Ada masa nanti kita harus pergi, maka tidak bisa kita biarkan mereka terpenjara dalam kehidupan semu yang melenakan dan membinasakan. Sebagai orang tua dan pendidik, semakin hari perjuangan kita membekali generasi muda akan semakin berat. Teknologi, lingkungan, bahkan media membuat standar nilai hidup generasi muda semakin menurun. Jelas, itu sangat berbahaya, bahkan untuk kehidupan generasi selanjutnya.
Generasi muda ini sangat erat dan bersahabat dengan yang namanya handphone, tanpa adanya benda tersebut dalam waktu sekejab seperti ada yang kurang dalam hidupnya. Era sekarang ini generasi muda termanjakan oleh keadaan. Alhasil, daya juangnya dirasa kurang baik, enggan keluar rumah untuk bergerak karena berbagai alasan yang tidak kuat, seperti cuaca panas atau sekadar mager, malas gerak. Ternyata ada bahaya dibalik kecenderungan untuk mager dan rebahan. Yaitu menyebabkan hormon adrenalin turun. Rendahnya kadar adrenalin dalam tubuh bisa menjadi salah satu penyebab depresi. Menjadi kebalikannya jika kadar adrenalin dan domapin pada remaja tinggi bisa meningkatkan rasa percaya diri. Pada satu sisi generasi muda merupakan generasi yang mampu mengaplikasikan dan menguasai teknologi untuk kemudahan keperluan sehari-harinya seperti berkomunikasi dalam dunia maya, searching, update informasi, dan lain sebagainya.
Apa yang bisa kita harapkan pada generasi yang gampang baperan, mageran, sukanya rebahan, dan kecenderungan serba instan, dan tidak punya jiwa militan? Stop! Kita harus upayakan adanya perubahan. Mereka harus paham, bahwa sebagai hamba segala perbuatan mereka akan dihisab. Oleh karena itu, tidak boleh satu aktivitas pun yang tidak selaras dengan titah Rabb Pencipta Alam. Mereka juga harus memahami realitas hari ini, harus ada misi membawa perubahan. Sebagai ujung tombak perubahan, mereka harus begerak, mengoptimalkan cara pikir dan seluruh energi untuk kebaikan Islam, mengambalikan kehidupan Islam yang akan semakin memuliakan mereka dengan sistem kehidupan sempurna.
Dari mana perubahan bisa kita lakukan? Dalam kitabnya Nidzomul Islam, Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani Rahimahullah, beliau menjelaskan bahwa kebangkitan manusia itu dimulai dari pemahamannya. Pemahaman ini tidak lain adalah berkaitan dengan cara berpikir seorang manusia. Untuk mengubah cara berpikir generasi hari ini, tentu kita harus berikan informasi-informasi baru yang benar tentang hakikat kehidupan. Sesungguhnya tanpa mereka menyadari hakikat hidup ini, mereka tak akan memahami untuk apa mereka hidup di dunia ini. Mereka tidak akan meyakini bahwa diri mereka dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya sedang ada hisab menanti.
Generasi mager, tentu bisa berubah menjadi generasi baper, bawa perubahan ketika mereka tersentuh dengan Islam. Sebab manusia fitrahnya adalah makhluk pergerakan. Islam akan mampu mengembalikan fitrah generasi pada level yang semestinya. Dengan energi besar yang mereka miliki, mereka akan berubah menjadi pioner-pioner perubahan di masa yang akan datang. Mereka akan mampu menaklukkan setiap hambatan dalam mengemban amanah sebagai penyeru kebaikan. Allah akan bersama mereka, memenangkannya, serta menjadikannya generasi kuat pemimpin peradaban umat manusia. Sudah saatnya generasi muda Islam bangkit dan memanfaatkan potensi besar yang mereka miliki untuk membawa perubahan dalam peradaban Islam, sehingga mampu menjadi remaja baper, yaitu generasi muda yang bawa perubahan bagi kebangkitan Islam. So, menjadi generasi baper alias bawa perubahan? Why not. Wallahu a’lam bish shawab. (dari berbagai sumber).