PENYEBAB SISWA SALAH JURUSAN
Pada akhir kelas XII, para siswa harus menetapkan kemana arah tujuan dari pendidikan lanjut yang mereka akan tempuh. Bagi sebagian siswa hal ini merupakan suatu keputusan yang sulit, namun tidak sedikit pula yang menganggap bahwa itu hal yang mudah. Semua tergantung kepada individunya masing-masing. Bagi siswa yang merasa kesulitan memilih jurusan yang tepat biasanya karena tidak tahu mau memilih jurusan apa atau karena kebanyakan pilihan jurusan, dan bisa jadi juga karena faktor dari banyak pihak selain dirinya sendiri. Hal tersebut bisa menjadi suatu boomerang dan menyebabkan kesalahan dalam memilih jurusan.
Fenomena salah memilih jurusan ini bisa dirasakan ketika siswa tersebut sudah diterima di suatu Perguruan Tinggi dan menjalani proses perkuliahan beberapa waktu. Biasanya akan dirasakan ketika sudah melewati semester 1 atau mungkin baru dalam hitungan bulan bisa merasakan ketidaknyamanan dalam perkuliahan. Kesalahan memilih jurusan ini akan sangat fatal jika dilanjutkan dengan hati yang tertekan, karena akan berdampak di sisi psikologisnya.
Jika menginginkan keberhasilan dalam studi di Perguruan Tinggi, tentu hal ini menjadi poin penting dan harapannya jangan sampai salah dalam memilih jurusan. Ada beberapa hal yang perlu kita tahu penyebab dari kesalahan dalam memilih jurusan ini.
Tidak memahami potensi diri
Memahami potensi diri sendiri merupakan suatu kewajiban ketika kita menginginkan kehidupan yang sesuai dengan kapasitas diri masing-masing. Banyak siswa kelas XII yang masih bingung dan tidak tahu akan potensi diri mereka, baik itu bakat maupun minat yang dimiliki. Bahkan, sering dijumpai ketika ditanya cita-citanya apa, jawabannya “tidak tahu, bingung, pusing, dan lain sebagainya”.
Tidak memiliki tujuan hidup
Adanya ketidaktahuan tentang potensi diri akan berefek pada tidak adanya tujuan hidup, sehingga dengan tidak adanya tujuan hidup siswa tidak akan menemukan motivasi dari dalam diri untuk mencapai suatu hal yang besar dalam hidupnya. Ketika mereka tahu tujuan hidup, siswa akan lebih terarah. Namun sebaliknya, jika tidak tahu maka akan bingung mau apa dan kemana.
Kurangnya pengetahuan tentang jurusan perkuliahan
Dalam memilih jurusan penting sekali bagi siswa dalam riset tentang jurusan-jurusan yang ada di Perguruan Tinggi. Pengetahuan yang di dapat dari riset tentang berbagai macam jurusan yang ada merupakan jendela bagi para siswa. Pemahaman akan jurusan perkuliahan akan lebih utuh dan menyeluruh jika riset ini dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara. Apalagi jika siswa sudah mengetahui potensinya, maka akan sangat mudah dalam meriset jurusan perkuliahan karena sudah tahu arahnya kemana.
Ikut-ikutan teman atau tren masa kini
Masa remaja mungkin masa dimana seseorang akan menemukan sosok teman yang klik di usianya. Biasanya merekan akan cenderung bersama dan sulit untuk dipisahkan karena merasa sudah nyaman dalam lingkungan pertemanan. Hal ini lah yang menjadikan banyak siswa mengalami kesalahan dalam memilih jurusan. Pengaruh dari lingkungan pertemanan yang sulit dipisahkan, seakan-akan mereka akan hidup bersama selamanya. Selain itu, faktor ikut tren masa kini juga berpengaruh karena jika memilih jurusan yang sedang hits-hitsnya mereka akan memiliki kebanggaan tersendiri.
Keinginan dari keluarga
Hal ini yang paling sering dijumpai, banyak orangtua yang menginginkan anaknya memilih jurusan seperti yang diinginkannya. Biasanya karena faktor latar belakang dari orangtuanya itu sendiri. Seperti orangtua yang bekerja di bidang kesehatan, hukum, maupun pendidikan, pasti menginginkan anaknya memilih jurusan yang sesuai dengan latar belakang keluarga. Tidak sedikit juga yang terkesan memaksa, jika tidak mengambil jurusan itu maka tidak akan dibiayai. Hal inilah yang perlu dipahami oleh orangtua, bahwa tidak semua anak itu sama dengan orangtua meskipun mereka darah dagingnya.
Bagi siswa yang penurut mereka akan manut apa kata orangtua, karena mereka akan cenderung tidak ingin membuat kecewa orangtua meskipun itu bertentangan dengan keinginan pribadinya. Namun, bagi siswa yang mungkin keinginannya kuat, bisa jadi perbedaan pandangan tersebut akan menimbulkan jarak dalam keluarga.
Diyah Ayu Wirantika, S.Psi (Guru BK SMAIT Al Uswah Tuban)