“Jika anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebaikan,
maka ia akan menyibukkan anda dengan kebathilan.”
( Imam Syafi’i)
Teringat kisah ketika sahabat Umar Bin Al Khattab mendengar berita kematian orang yang dicintainya Yaitu Rosulullah Muhammad SAW, sontak saja dia tidak percaya akan kematiannya.Namun dengan tenang Abu Bakar berkata
“ saudara – saudara, siapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya muhamad telah wafat. Dan siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak akan mati”.
Kisah tersebut menyadarkan kepada kita semua umat islam bahwa Allah SWT akan selalu ada dan tidak pernah berlalu sebgaimana mahluknya. Hari ini Ramadan juga telah benar-benar meninggalkan kita. Apa yang seharusnya terjadi. Apakah kebaikan – kebaikan yang sudah pernah kita lakukan seperti sholat berjamaah, tilawah al quran, bersedekah, kebersamaan dengan keluarga akan ikut hilang dengan usainya bulan Ramadhan atau akan tetap terjaga, karena sesungguhnya Allah akan tetap ada dan akan senantiasa memberikan pahala kepada setiap kebaikan yang dilakukan oleh hambanya. Didalam Al Quran SWT berfirman
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا
Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat ( QS. An Nahl 92 )
Melalui ayat ini Allah Swt. memberikan ibrah kepada kita kiranya tidak melakukan perbuatan yang seperti dilakukan oleh wanita yaitu memintal benang di waktu perjalan kehidupannya dari pagi sampai sore, dari sore sampai dari malam sampai pagi tapi setelah menjadi kain benang itu di urai Kembali. Allah SWT melarang agar akhlak wanita tersebut tidak ditiru. Perbuatan yang sia-sia, adalah kerugian nyata. Karena itu, Nabi Muhammad SAW selalu mengingatkan kita akan senantiasa menjaga keistiqomahan dalam beramal.
Amal Apa yang Harus Dijaga Pasca Ramadan?
Pada dasarnya, semua amal kebaikan yang sudah dibiasakan selama Ramadan harus diusahakan untuk tetap dijaga, diantaranya adalah :
1. Puasa syawal
Sebulan berpuasa wajib, maka setelah Ramadan bisa lanjutkan dengan puasa sunnah. Ada sangat banyak jenis puasa sunnah, di antaranya adalah puasa Syawal. Ada sangat banyak keutamaan mengerjakan puasa Syawal ini. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَن صامَ رَمَضانَ ثُمَّ أتْبَعَهُ سِتًّا مِن شَوَّالٍ، كانَ كَصِيامِ الدَّهْرِ.
“Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian diikuti puasa enam hari pada bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama satu tahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)
2. Shalat berjama’ah di masjid.
Selama Ramadan kita semua sangat akrab dengan masjid. Terlebih karena berjama’ah menunaikan shalat tarawih, di samping shalat wajib lima waktu. Hendaknya kebiasaan baik ini tetap terjaga.
Sedemikian penting nilai shalat berjama’ah ke masjid, bahkan seorang tunanetra sekalipun diarahkan oleh Nabi saw untuk ke masjid.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : أَتَى النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – رَجُلٌ أعْمَى ، فقَالَ : يا رَسُولَ اللهِ ، لَيسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إلى الْمَسْجِدِ ، فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – أنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّي فِي بَيْتِهِ ، فَرَخَّصَ لَهُ ، فَلَّمَا وَلَّى دَعَاهُ ،
فَقَالَ لَهُ : (( هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟ )) قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : (( فَأجِبْ ))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di rumahnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya, ‘Apakah engkau mendengar panggilan shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka penuhilah panggilan azan tersebut.’ (HR. Muslim, no. 503)
3. Mencintai Al Quran
Selama bulan Ramadhan kita terasa ringan dan mudah untuk tilawah dan murojaah Al Quran, bahkan ada kecedrungan ada kenaikan jumlah halaman yang tilawah Al Quran yang kita capai.Hendaknya hal ini pun tetap terjaga karena tilawah Al Quran memilki keutamaan yang banyak di antaranya adalah :
Sabda Nabi SAW :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
“Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan buah utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an bagai raihanah (semacam bunga kenanga), baunya harum namun rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai buah handzalah (antawali), tidak ada buahnya dan rasanya pahit.” (Muttafaq Alaihi)
3. Menjaga diri dari hal hal yang sia sia
Untuk menjaga nilai pahala puasa Ramdhan, sebulan penuh kita telah berusaha untuk menjaga sikap dan lisan agar puasa kita tidak sia sia. Hendaknya sikap kehati hatian inilah yang juga harus tetap terjaga bagian dari ketaqwaan dan kebaikan diri kita, sebagaimana sabda Rosulullah Saw :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya).
Menjauhi perkara yang sia-sia harus menjadi agenda kita dalam kehidupan sehari – hari . Dorongan jiwa yang ingin membuang-buang waktu untuk perbuatan maupun perkataan yang sia-sia tak boleh diberi kesempatan dan harus ditutup rapat-rapat. Jiwa harus disibukkan dengan kebaikan dan lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang sholih untuk menjaga stamina iman. Imam Syafi’i menasehatkan, “Jika anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebaikan, maka ia akan menyibukkan anda dengan kebathilan.”
Demikian beberapa amal kebaikan yang semestinya tetap terjaga . Semoga kita tetap bersemangat mengerjakan amal kebaikan di sebelas bulan mendatang. Karena sesungguhnya setiap amal kebaikan yang kita lakukan akan menghantarkan kesurganya Allah Swt. Allahu ‘alam Bishowab