SETIAP AMALAN TERGANTUNG PADA NIAT
Mengutip dari buku Al-Wafi: Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi oleh Musthafa, hadis Arbain ke satu.
“Dari Amirul Mukminin, Abu Hafs Umar bin Khathab ra, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Hadits ini menjelaskan bahwa setiap amalan benar-benar tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan. Balasannya sangat mulia ketika seseorang berniat ikhlas karena Allah, berbeda dengan seseorang yang berniat beramal hanya karena mengejar dunia seperti karena mengejar wanita. Dalam hadits disebutkan contoh amalannya yaitu hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah karena mengejar dunia.
Niat secara bahasa berarti al-qashd (keinginan). Sedangkan niat secara istilah syar’i, yang dimaksud adalah berazam (bertedak) mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, letak niat dalam batin (hati).
Kalimat “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya”, ini dilihat dari sudut pandang al-manwi, yaitu amalan. Sedangkan kalimat “Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, ini dilihat dari sudut pandang al-manwi lahu, yaitu kepada siapakah amalan tersebut ditujukan, ikhlas lillah ataukah ditujukan kepada selainnya.
Dan niat inilah yang menentukan bagaimana nilai perbuatan tersebut di hadapan Allah. Memahami hadits ini akan membantu seorang muslim memahami ruang lingkup niat dengan lebih dalam. Berikut ini adalah beberapa makna yang bisa ditelaah dari hadits arbain 1 tersebut:
1. Niat adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam
Setiap amal yang dilakukan oleh seorang muslim harus dilandasi niat yang benar dan keikhlasan agar amal tersebut diterima. Seorang hamba melakukan suatu perbuatan dengan 3 hal. Yaitu hati, lisan, dan anggota badan. Niat adalah salah satu dari tiga hal tersebut. Karena itu, tidak berlebihan jika Imam Ahmad dan Imam Syafii mengatakan bahwa hadits ini mencakup sepertiga ilmu.
Selain itu, Imam Syafii juga mengatakan kalau makna hadits tentang niat ini mencakup 70 bab fiqh. Bahkan banyak ulama yang mengatakan bahwa hadits ini merupakan sepertiga bagian dari Islam. Karena itulah setiap orang yang menuntut ilmu wajib meluruskan kembali niat yang dimilikinya.
2. Pembeda status hukum atau amal seseorang
Saat seorang hamba melakukan puasa di haris Senin, ada beberapa kemungkinan puasa yang dilakukannya. Bisa puasa Senin Kamis, puasa Syawal, puasa Daud, dan lain sebagainya. Sekilas, tidak ada perbedaan antara puasa – puasa tersebut. Hanya orang yang melakukan puasa yang mengetahui puasa apa yang dia niatkan pada hari itu.
Selain itu, dengan niat pula suatu perbuatan biasa bisa bernilai pahala. Misalnya saja seperti makan, tidur, minum, dan lain sebagainya. Saat seorang hamba meniatkan semua perbuatan tersebut sebagai bentuk ibadah, maka perbuatan tersebut akan bernilai ibadah.
Dari hadits ini pula lahir kaidah fiqh yang terkenal, yaitu:
Urusan atau perkara tergantung maksud – maksudnya.
(Imam As-Suyuthi, Al Asybah wan Nazhair)
3. Pentingnya niat yang ikhlas
Suatu amal perbuatan diterima Allah jika niatnya benar dan caranya benar. Saat suatu amalan baik atau suatu ibadah dilakukan karena niat selain Allah, maka amalan atau ibadah tersebut bisa tertolak bahkan pelakunya bisa celaka. Termasuk niat yang tidak ikhlas adalah berharap pujian, ketenaran, harta dunia, dan lain – lainnya.
Bahkan seseorang yang berniat melakukan amal kebaikan bisa dihitung sudah melakukan kebaikan jika niatnya murni dan ikhlas karena Allah. Misalnya saja orang yang berniat shalat malam lalu tertidur atau orang yang berniat shalat jamaah lalu begitu ia sampai masjid jamaah sudah selesai. Orang tersebut tetap mendapatkan pahala sebagaimana orang yang telah melakukannya.
4. Niat seseorang bisa diperbaharui
Dalam hadits tersebut, disebutkan bahwa
Barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.
Hadits tersebut tidak menyebutkan secara langsung bahwa orang yang melakukan sesuatu dengan niat karena dunia atau wanita akan mendapatkan dunia dan wanita. Namun, disebutkan bahwa orang tersebut akan “mendapatkan apa yang ia inginkan”. Hal ini merupakan salah satu bentuk kebaikan Allah kepada hamba-Nya.
Dengan kata lain, jika seseorang melakukan suatu amalan karena niat lain selain Allah dan Rasul-Nya, kemudian di pertengahan jalan dia menyadari kesalahannya dan memperbaiki niatnya, maka orang tersebut akan mendapatkan apa yang dia niatkan tersebut. Yaitu Allah dan Rasul-Nya pula.
Selain makna tersebut, tentu saja masih banyak makna lain yang bisa ditelaah dari hadits ini dan hadits lainnya.
Afwan & Terima Kasih
Referensi :
Kitab Arbain Nawawi
https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/4-makna-hadits-arbain-1-setiap-amal-tergantung-niat/