Istighfar, tindakan memohon ampun kepada Allah, memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam. Keutamaan istighfar tidak hanya tercermin dalam tindakan membersihkan dosa, tetapi juga dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk yang jelas mengenai pentingnya istighfar dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hadits yang menyoroti keutamaan istighfar adalah sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim, “Demi Allah, aku istighfar kepada-Nya dan bertobat kepada-Nya lebih dari 70 kali dalam sehari.” (Sahih Muslim) Dengan kata lain, Rasulullah yang telah dijamin ampunan oleh Allah masih tetap melakukan istighfar sebagai contoh bagi umatnya.

Hadits ini mengajarkan bahwa meskipun Nabi adalah utusan Allah yang dijamin keselamatan akhirat, dia tetap rendah hati dan taat kepada Sang Pencipta dengan terus-menerus memohon ampun. Hal ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya tindakan orang berdosa, tetapi juga amalan yang dianjurkan bagi setiap muslim untuk menjaga kesucian hati dan menjalin hubungan yang erat dengan Allah.

Dalam hadits lain disebutkan, “Barangsiapa yang terus-menerus beristighfar, niscaya Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dari segala kesulitan, memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan melindunginya dari segala musibah yang tidak diinginkan.” (Abu Dawud) Hadits ini menggambarkan keajaiban istighfar dalam meraih bantuan Allah, membuka pintu rezeki, dan melindungi diri dari bencana yang tidak terduga.

Dengan demikian, istighfar bukan hanya sebagai bentuk penyesalan atas dosa, tetapi juga sebagai sarana untuk membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih berkah-Nya. Melalui istighfar, umat Islam diingatkan untuk senantiasa merawat hubungan spiritual dengan Allah SWT, mengakui keterbatasan diri, dan berupaya memperbaiki setiap kesalahan. Sebagai suatu amalan yang sederhana namun bermakna, istighfar menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritual umat Islam.